Era digital saat ini seolah-olah diwarnai dengan semaraknya pameran kehebatan merek. Jika dulu branding merupakan cara sederhana untuk mengenali suatu produk, kini ia telah berubah menjadi sebuah cerita—dan bukan sekedar cerita biasa, tetapi cerita yang seringkali direkayasa untuk terlihat lebih menarik.
Coba bayangkan memasuki galeri seni kontemporer yang megah. Lukisan berwarna-warni dengan detil yang nyaris sempurna menghiasi dinding, seolah berlomba menarik perhatian Anda. Setiap karya tampak berteriak, mengklaim dirinya sebagai yang terbaik dan tak boleh Anda lewatkan. Itulah gambaran branding zaman sekarang, di mana semua bersaing memperebutkan perhatian konsumen dengan taktik yang semakin ekstravagan.
Namun, di sudut galeri, ada ruangan kecil yang berbeda. Di sini, Anda menemui sketsa hitam putih yang sederhana. Tanpa embel-embel berlebih, karya-karya tersebut memancarkan kejujuran dan kesederhanaan. Inilah simbol merek atau individu yang memilih untuk tetap autentik, yang mengetahui bahwa kejujuran seringkali lebih berharga daripada klaim berlebihan.
Merek yang terlalu membesar-besarkan diri mungkin mendapatkan sorotan di awal, tapi lama-kelamaan, orang akan mencari yang otentik. Orang mulai jenuh dengan klaim-klaim bombastis dan mencari sesuatu yang lebih nyata dan jujur.
Ironisnya, dunia pendidikan pun tak luput dari tren branding ini. Bayangkan brosur universitas yang menggambarkan kampus bak surga, lengkap dengan testimoni alumni sukses. Namun, kenyataannya seringkali tak seindah itu. Banyak mahasiswa yang terpikat brosur tersebut kemudian merasa kecewa, menyadari bahwa realitas di lapangan tak sejalan dengan janji-janji manis tersebut.
Sebagaimana produk dengan kemasan menarik namun isinya biasa saja, branding universitas yang berlebihan berisiko mengecewakan mahasiswa. Bagi universitas, menjunjung integritas dan menyajikan apa adanya adalah kunci. Sebab, mahasiswa, seperti konsumen, mencari kebenaran dan keaslian. Universitas yang memilih untuk tampil apa adanya, dengan semua kelebihan dan kekurangannya, pada akhirnya akan mendapatkan kepercayaan yang lebih mendalam dari masyarakat.
Hindari branding yang berlebihan dan prestasi semu!