Sesuai dengan perayaan HUT kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 yang baru saja berlangsung tiga hari yang lalu, renungan ini menjadi sangat relevan. Juga saatnya kita merenungkan kembali pentingnya kemerdekaan dalam konteks bekerja dan belajar, terutama dalam lingkungan saya yang bekerja dan belajar di universitas sebagai seorang dosen.
Seorang pelukis yang merdeka memiliki kebebasan untuk memilih warna, bentuk, dan tema yang akan ia lukis. Meskipun ia hanya memiliki satu kuas dan beberapa warna cat, ia tetap bisa memilih untuk menciptakan karya seni yang indah dan unik. Ia bekerja dan belajar dalam konteks kemerdekaan, yang mengandaikan adanya kebebasan untuk memilih dan berekspresi. Ia bekerja dengan penuh semangat dan dedikasi, bukan karena terpaksa atau disuruh oleh orang lain. Ia belajar dengan tekun dan antusias, bukan karena diharuskan oleh orang lain.
Sebaliknya, seorang pelukis yang tidak merdeka, seperti budak, tidak memiliki kebebasan untuk memilih dan berekspresi. Ia hanya melakukan suruhan dan tidak memiliki kebebasan untuk memilih warna, bentuk, atau tema yang akan ia lukis. Ia bekerja dan belajar dalam konteks perbudakan, yang tidak mengandaikan adanya kemerdekaan. Ia bekerja tanpa semangat dan dedikasi, dan belajar tanpa tekun dan antusias.
Konsep belajar dan bekerja dalam konteks orang merdeka ini didukung oleh beberapa aliran filsafat, seperti eksistensialisme, humanisme, dan logoterapi. Eksistensialisme menekankan kebebasan individu untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya. Humanisme menganggap manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berkembang dan mencapai aktualisasi diri. Logoterapi, yang didirikan oleh Viktor Frankl, berfokus pada pencarian makna dalam hidup.
Dalam semua aliran filsafat ini, kebebasan untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihan tersebut adalah prinsip yang sangat penting. Bekerja dan belajar dalam konteks orang merdeka adalah ekspresi dari kebebasan ini, dan merupakan cara untuk mengaktualisasikan potensi diri dan mencari makna dalam hidup. Jadi, jika seseorang di kantor ini bekerja disuruh saja, bebas sedikit dimarahin, itu bukan bekerja, itu adalah budak. Seorang pelukis yang merdeka memiliki kebebasan untuk memilih dan berekspresi, dan bekerja dan belajar dengan penuh semangat dan dedikasi. Sebaliknya, seorang pelukis yang tidak merdeka hanya melakukan suruhan dan tidak memiliki kebebasan untuk memilih dan berekspresi.
Belajar dan bekerja tanpa kemerdekaan
Jika belajar dan bekerja tidak dilakukan dalam konteks kemerdekaan, akan ada dampak negatif yang signifikan. Tanpa kebebasan untuk memilih dan berekspresi, kreativitas dan inovasi seseorang akan terbatas. Mereka akan cenderung mengikuti aturan dan panduan yang diberikan kepada mereka, tanpa berpikir di luar kotak atau mencoba pendekatan yang berbeda. Ini akan menghambat kemampuan mereka untuk menciptakan solusi baru dan unik untuk masalah yang dihadapi.
Selain itu, tanpa kebebasan untuk memilih dan berekspresi, seseorang mungkin tidak merasa termotivasi atau puas dengan apa yang mereka lakukan. Mereka mungkin merasa tidak memiliki kendali atas hidup mereka dan tidak dapat mencapai aktualisasi diri. Ini akan mengurangi semangat dan antusiasme mereka dalam belajar dan bekerja, dan dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan kualitas hasil kerja mereka.
Kurangnya kebebasan untuk memilih dan berekspresi juga dapat menghambat pertumbuhan dan pengembangan pribadi seseorang. Mereka mungkin merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton dan tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan baru. Ini akan membatasi potensi mereka untuk berkembang dan mencapai kesuksesan dalam karier dan kehidupan pribadi mereka.
Kurangnya kebebasan untuk memilih dan berekspresi juga dapat memiliki dampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional seseorang. Mereka mungkin merasa tertekan dan stres karena merasa tidak memiliki kendali atas hidup mereka dan tidak dapat mencari dan menemukan makna dalam hidup. Ini dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Akhirnya, tanpa kebebasan untuk memilih dan berekspresi, seseorang mungkin tidak dapat memberikan kontribusi positif ke masyarakat. Mereka mungkin merasa tidak memiliki kekuatan untuk membuat perubahan positif atau memberikan dampak positif pada orang lain. Ini akan mengurangi kemampuan mereka untuk menjadi warga negara yang produktif dan bertanggung jawab.
Nah, penting bagi setiap individu untuk memiliki kebebasan untuk memilih dan berekspresi dalam belajar dan bekerja. Ini akan memungkinkan mereka untuk mengaktualisasikan potensi diri, mencari dan menemukan makna dalam hidup, dan memberikan kontribusi positif ke masyarakat.
Sudah merdekakah kita?