Penjual jamu gendong

Saya sering melihat wanita yang saya rekam dan kelihatan dari jauh dalam video ini. Wanita ini, dengan sandal jepit dan baju kebaya khas penjual jamu tradisional, sering saya lihat lalu lalang di sekitar kampus Universitas Negeri Malang (UM). Baju sederhana itu menutupi tubuhnya, sementara bakul jamu yang dibawanya seakan menjadi beban berat, mungkin setara dengan ransel tentara yang sedang bersiap pergi berperang. Namun, bukan perang yang dihadapinya, melainkan perjuangan hidup yang tak kalah beratnya.

Wanita penjual jamu ini, bagi saya, adalah wakil dari tradisionalitas yang masih bertahan di tengah arus modernitas. Ia adalah simbol keotentikan budaya yang seringkali terabaikan. Setiap langkahnya yang mantap, meski terkadang terhuyung oleh beban jamu di punggungnya, menimbulkan rasa empati dalam diri saya. Ia berjalan masuk dan keluar kampus, mungkin mencari pelanggan di antara staf UM. Mungkin juga mencari secercah harapan di antara kesibukan mahasiswa yang lalu lalang.

Bagi saya, wanita ini bukan sekadar penjual jamu. Ia adalah simbol kesederhanaan dan ketegaran hidup. Di tengah kemodernan yang seringkali menuntut kita untuk selalu tampil sempurna, wanita ini hadir sebagai peringatan bahwa keaslian dan ketulusan lebih berharga daripada kepalsuan branding yang berlebihan.

Setelah satu tahun meninggalkan Malaysia sebagai dosen di Universiti Teknologi Malaysia (UTM), dan kembali ke Indonesia setelah 27 tahun meninggalkan tanah air ini, saya semakin menyadari betapa pentingnya keotentikan dan ketulusan. Di sini, di Indonesia, di mana kesendirian dan keberagaman saling berdampingan, saya menemukan makna sejati dari empati. Perbedaan yang mencolok antara kehidupan orang kaya dan miskin di sini bukan menjadi sumber konflik, melainkan menjadi pelajaran yang mengasah batin dan memperkaya jiwa.

Dalam setiap tatapan mata wanita penjual jamu itu, saya melihat refleksi dari kehidupan yang penuh perjuangan, namun tetap tegar dan tulus. Ia mengajarkan saya bahwa keotentikan dan empati adalah dua hal yang tak ternilai harganya dalam menjalani hidup ini.