Pagi tadi, saya menemukan diri saya tenggelam dalam sebuah ritual rutin: presensi. Namun, pagi ini berbeda. Daftar nama yang saya baca menyerupai puisi eksotis, penuh dengan irama dan nada yang asing bagi telinga saya. Seolah-olah setiap nama adalah sebuah kisah, sebuah misteri yang menunggu untuk diceritakan. Bagi saya, nama adalah jauh lebih dari sekadar identifikasi. Mereka adalah jendela ke dalam warisan, budaya, dan harapan orangtua bagi anak mereka.
Dalam lanskap budaya kita, ritual pemberian nama telah melampaui sekadar tradisi—ia kini adalah seni dan filsafat. Ada yang meresapi jejak masa lalu keluarga, sementara yang lain mengeja nama dari bayang-bayang tokoh besar, detik-detik bersejarah, atau serpihan kata-kata dari bahasa lain yang gemerlap maknanya. Namun, ketika ritual ini bermetamorfosis menjadi obsesi akan keunikan, apa yang sebenarnya terjadi?
Dalam irama zaman, saya merenung: semakin banyak orangtua yang berkeinginan keras memberikan label unik pada putra-putrinya. Mereka mendambakan anaknya bukan sekadar nama, melainkan sebuah puisi yang berdiri sendiri, berbeda dari kerumunan. Namun, dalam pencarian keunikan ini, banyak nama yang terjebak dalam ejaan dan makna yang rumit. Apakah ini cerminan dari masyarakat kita yang kian memuja individualitas? Atau, mungkinkah ini adalah renungan kita dalam mencari jejak diri di tengah dunia yang kian tak berbatas?
Mari kita merenungkan makna sebenarnya dari sebuah nama. Apakah nama hanyalah label yang kita tempelkan pada diri kita? Atau apakah mereka memiliki makna yang lebih dalam, yang mencerminkan harapan, impian, dan identitas kita?
Sebagai seorang pendidik, saya berharap bahwa kita dapat kembali ke esensi pemberian nama. Bukan untuk mengejar keunikan semata, tetapi untuk memberikan nama yang memiliki makna mendalam dan relevan bagi kehidupan anak kita. Sebuah nama yang akan menjadi sumber kebanggaan, bukan kebingungan. Sebuah nama yang akan menginspirasi, bukan menghambat.
Dalam setiap desir nama yang kita genggam, saya menggumamkan harapan: semoga kita semua dapat meraba esensi sejati dari nama yang kita sandang. Sebuah makna yang bukan sekadar kata, melainkan kompas yang menuntun kita melewati deraan badai dan puncak kejayaan. Sebuah nama yang bukan sekadar identitas, melainkan sajak yang kita ukir dalam perjalanan hidup kita.