Di balik keramaian pasar Oro-oro Dowo, saya bertemu seorang tua dengan keriput di wajahnya, mata yang telah menyaksikan berbagai perubahan zaman, berdiri di sana, menawarkan barang dagangannya. Barang-barang yang dijualnya bukan sekadar barang, melainkan cerita dari masa lalu, masa kini, dan harapan untuk masa depan.
Wajah tua itu adalah wajah Indonesia. Wajah yang telah melalui berbagai peristiwa, dari zaman kolonial, kemerdekaan, hingga era globalisasi. Dari setiap jualannya, kita bisa melihat refleksi Indonesia dalam aspek kultural. Ada kerajinan tangan yang menceritakan tentang kekayaan budaya nusantara.
Namun, di balik itu semua, ada cerita lain yang tersembunyi. Cerita tentang ekonomi sosial Indonesia. Bagaimana seorang pedagang kecil berjuang untuk bertahan di tengah persaingan dengan pasar modern. Bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan zaman, tetapi tetap mempertahankan identitas mereka sebagai pedagang tradisional.