Refleksi atas Tiongkok kontemporer

Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa angin zaman kini bertiup dari arah Timur, dari negeri yang memiliki sejarah panjang dan kompleks: China. Sebuah negeri yang, meski sering menjadi subjek kontroversi, telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir. Banyak yang menentang, namun siapakah kita untuk menolak angin yang bertiup kencang?

Sejarah China adalah sejarah tentang perjuangan, adaptasi, dan inovasi. Sebagai salah satu peradaban tertua di dunia, mereka telah melalui berbagai dinasti, dari Qin Shi Huang yang visioner hingga Dinasti Jin yang mempersatukan berbagai suku. Mereka tumbuh dari masyarakat agraris yang bergantung pada sumber daya alam, dengan mentalitas yang menganggap anak sebagai rezeki, hingga menjadi kekuatan perdagangan dengan teknologi yang canggih.

Namun, apa yang membuat China begitu unik? Mungkin jawabannya terletak pada kebijakan Qin Shi Huang yang mempersatukan negeri ini dengan satu kultur, satu bahasa, dan satu budaya. Atau mungkin pada kecerdasan akumulatif mereka, di mana pengetahuan dari berbagai individu diakumulasikan untuk menciptakan inovasi dan kemajuan. Atau mungkin pada etnosentrisme mereka, yang melihat diri mereka sebagai pusat dunia.

Namun, China juga memiliki masa lalu yang kelam. Mereka pernah dipermalukan oleh bangsa Barat, meskipun memiliki kekuatan besar. Mereka memiliki resistensi terhadap kebudayaan lain, namun ketika mereka bermigrasi, mereka membentuk komunitas sendiri, membangun benteng-benteng kultural di tanah asing.

Namun, apa yang sebenarnya menyihir kita dari China di era kontemporer ini? Bukan sekadar pertanyaan, melainkan sebuah renungan mendalam tentang bagaimana negeri Tiongkok itu memainkan kearifan mereka. Dengan strategi yang cermat, tenaga kerja yang tak terhingga, serta inovasi teknologi yang terus menerus, China telah mengukuhkan diri sebagai pilar ekonomi global. Mereka menciptakan kota-kota raksasa, menanamkan investasi pada jaringan 5G, dan tak pernah berhenti dalam penciptaan baru.

Sebagai bangsa yang ingin maju, kita harus belajar dari China. Bukan untuk meniru, namun untuk memahami. Karena, dalam era globalisasi, kita tidak bisa hidup dalam isolasi. Kita harus terbuka, belajar, dan beradaptasi. Dan mungkin, suatu hari nanti, kita bisa menulis sejarah kemajuan kita sendiri, seperti yang telah dilakukan oleh negeri Tiongkok.

Tahun 2004 saya berkunjung ke Tsinghua-Foxconn Nanotechnology Research Center di Tsinghua University, dan saya menyaksikan perkembangan luar biasa pada tahun itu. Pastinya setelah hampir dua puluh tahun perkembangannya akan lebih luar biasa.