Dalam bayang-bayang peradaban yang terus bergerak, terkadang kita terlena dengan angka-angka bibliometri yang serupa hantu: nyata, namun tak selalu menceritakan seluruh kisah. Tak semua riset menciptakan dentuman yang signifikan di lantai pengetahuan. Ia akan menegaskan bahwa perspektif yang tepat adalah kunci, bukan sekadar penghitungan publikasi atau kutipan yang seringkali membelenggu pandangan kita.
Sebuah penelitian, bagai kanvas yang luas, tak selalu harus dicat dengan warna yang sama. Ada riset yang seperti lukisan abstrak, maknanya tersembunyi di balik garis-garis yang tak beraturan; ada pula yang seperti potret klasik, jelas tujuannya, mudah dicerna. Tetapi, bukan berarti yang abstrak itu tak berguna. Mungkin, di dalam kelokan garisnya, tersembunyi jawaban bagi pertanyaan yang belum kita tanyakan.
Penentu arah iptek bukanlah angka-angka bibliometri semata. Ia mungkin akan mengajak kita melihat lebih dalam, membedah lebih jeli. Dalam cahaya kebijaksanaan, kita harus mengakui bahwa setiap riset memiliki tempatnya masing-masing. Ada yang langsung bersinar, ada yang perlu waktu untuk memancarkan cahayanya.
Dalam perjalanan memajukan iptek, kita jangan terjebak dalam pujian semu terhadap riset yang ‘terlihat’ berdampak. Kita jangan salah kaprah. Seperti layaknya seorang seniman yang menilai lukisannya, kita perlu mata yang bijaksana untuk melihat riset, bukan hanya dari sudut pandang hitungan, tapi dari sisi nilai intrinsik dan potensi jangka panjangnya.
Di sinilah para pengambil keputusan berperan. Mereka haruslah berbekal pengetahuan dan kepekaan, mampu melihat lebih dari yang terlihat, memahami bahwa iptek bukan hanya tentang angka, tapi juga tentang wawasan, imajinasi, dan keberanian untuk mengeksplorasi yang belum terjamah.