Dalam nada melankolis Diana Ross, “Do you know where you’re going to?” lebih dari sekadar lagu, ia adalah sebuah ajakan introspeksi. Pertanyaannya menggema dan mengundang renungan tentang arah dan tujuan hidup. Lagu ini mengingatkan kita untuk tidak hanya terbawa arus, tapi juga memahami dan menghargai setiap langkah dalam perjalanan hidup. Ia bukan sekadar tentang mencapai tujuan, tetapi memaknai setiap detik perjalanan, menemukan esensi di balik eksistensi.
Bagi seorang pendidik, seorang dosen, melodi ini melampaui batas liriknya, menjadi landasan filosofis untuk mengajar, riset, dan seni dalam mengajarkan riset. Ini merupakan pengingat bahwa pendidikan bukan sekadar tentang memberikan pengetahuan, tetapi tentang membimbing jiwa menuju pemahaman tujuan dan arah mereka. Dalam riset, ini menjadi metafora untuk menghargai perjalanan sebanyak tujuannya, di mana setiap fase penelitian adalah langkah dalam perjalanan penemuan yang lebih besar. Pendekatan ini mengubah tindakan mengajar riset menjadi proses menanamkan apresiasi untuk setiap langkah teliti, menumbuhkan budaya berpikir kritis dan belajar reflektif. Ini tentang merawat ruang di mana esensi pembelajaran dirayakan lebih dari sekadar keberadaannya, di mana siswa didorong untuk merenung, menemukan jawaban mereka sendiri atas “Do you know where you’re going to?” – sebuah pertanyaan yang sama pentingnya dengan kehidupan seperti halnya dengan pendidikan.