Baru saja saya membeli buku berjudul “Bahagia Beragama Bersama Gus Baha” yang ditulis oleh Khoirul Anam. Buku ini langsung mencuri perhatian saya karena pendekatan yang unik dan segar dalam memaknai agama. Dengan gaya khasnya yang santai dan menghibur, Gus Baha mengajak kita melihat agama dari sudut pandang yang berbeda—yang membahagiakan dan menenangkan.
Berbeda dengan ceramah-ceramah agama yang sering kali disampaikan dengan nada ancaman atau ketakutan, Gus Baha mengajak kita untuk beragama dengan cara yang “enteng” dan menyenangkan. Ini bukan berarti beragama dengan sembarangan atau mengabaikan nilai-nilai esensial, tetapi justru menemukan makna ketulusan dalam ibadah yang dilakukan. Agama, menurut Gus Baha, seharusnya membawa kita kepada rasa syukur, cinta, dan kebahagiaan, bukan sekadar rasa takut akan hukuman.
Pendekatan ini sungguh mencerahkan, karena menjadikan agama sebagai sumber inspirasi yang membangun dan menyejukkan jiwa. Buku ini mengajak kita untuk menjauh dari praktik-praktik beragama yang kaku dan mencekam, dan mulai melihat agama sebagai jalan untuk menemukan kedamaian, tidak hanya dengan Tuhan, tetapi juga dengan diri sendiri dan sesama.
Saat membaca buku ini, saya merasa bahwa Gus Baha telah memberikan angin segar bagi mereka yang mencari jalan spiritual dengan hati yang lapang dan gembira. Sebuah pencerahan yang mengingatkan kita bahwa agama seharusnya menjadi cahaya yang menerangi jalan, bukan beban yang menambah gelap.
Buku ini layak dibaca oleh siapa saja yang ingin menemukan kembali makna beragama yang positif dan membahagiakan. Beragama bukan lagi soal menjalani ritual dengan kaku, tetapi menjalani kehidupan dengan rasa syukur dan kebahagiaan, sebagaimana yang diajarkan oleh Gus Baha dalam setiap pesan dan pengajiannya.