Saya sekarang berada di Aljazair, sebuah negara dengan sejarah panjang sebagai bagian dari peradaban Islam yang kaya. Dari sini, saya merenungkan posisi Indonesia dalam konteks geopolitik, ekonomi, dan sosial budaya, sambil membandingkannya dengan dinamika dunia Islam lainnya. Aljazair adalah contoh negara yang berakar pada peradaban Islam klasik, tetapi jika dibandingkan dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia, terlihat bahwa Nusantara memiliki peluang yang jauh lebih besar untuk menjadi pusat peradaban Islam modern di era kontemporer.
Melihat sejarah perpindahan pusat-pusat Islam, dari Mekah hingga Istanbul, kita menyadari bahwa setiap pergeseran selalu dipengaruhi oleh kekuatan politik, ekonomi, dan intelektual yang dinamis. Pusat peradaban Islam pertama berada di Mekah pada tahun 610 M, ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Selanjutnya, pusat Islam berpindah ke Madinah pada tahun 622 M dengan berdirinya Negara Madinah. Setelah wafatnya Nabi, pusat Islam tetap di Madinah hingga masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, yang memindahkannya ke Kufah. Dinasti Umayyah kemudian memindahkan pusatnya ke Damaskus pada tahun 661 M, diikuti oleh Dinasti Abbasiyah yang menjadikan Baghdad pusat peradaban pada tahun 750 M. Keemasan Baghdad berakhir dengan serangan Mongol, dan pusat Islam berpindah ke Istanbul ketika Dinasti Ottoman bangkit pada abad ke-13. Kekhalifahan Ottoman bertahan hingga tahun 1924, ketika Mustafa Kemal Atatürk menghapuskan sistem kekhalifahan.
Melihat perjalanan sejarah ini, setiap pusat peradaban Islam menjadi episentrum kekuatan politik, ekonomi, dan budaya pada zamannya. Dalam konteks modern, Indonesia memiliki semua elemen tersebut. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia adalah kandidat alami untuk memimpin peradaban Islam di abad ke-21.
Warisan sejarah Indonesia memperlihatkan akar Islam yang tumbuh damai melalui perdagangan dan diplomasi budaya. Kerajaan-kerajaan besar seperti Samudera Pasai dan Demak menjadi pusat pembelajaran Islam, yang menunjukkan bahwa Nusantara memiliki potensi intelektual dan spiritual untuk menjadi pelopor peradaban Islam. Selain itu, Indonesia memiliki filosofi Pancasila yang mengintegrasikan nilai-nilai universal Islam seperti keadilan, kemanusiaan, dan persatuan. Pancasila adalah model unik yang dapat menginspirasi dunia Islam, menunjukkan bahwa pluralisme dapat menjadi kekuatan, bukan ancaman.
Dari sisi ekonomi, Indonesia memiliki fondasi yang kuat. Sebagai anggota G20, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dan pemain utama dalam sektor keuangan syariah, Indonesia mampu memimpin transformasi ekonomi Islam. Sumber daya alam yang melimpah, populasi muda yang besar, dan kemajuan pesat dalam ekonomi digital memberikan Indonesia potensi untuk menjadi pusat inovasi berbasis nilai-nilai Islam. Keuangan syariah, zakat, dan wakaf produktif adalah sektor-sektor yang dapat dikembangkan untuk memperkuat ekonomi Islam secara global.
Secara geopolitik, letak Indonesia yang strategis di jalur perdagangan internasional seperti Selat Malaka menjadikannya simpul penting dalam konektivitas global. Selain itu, sebagai negara Muslim demokratis terbesar, Indonesia memiliki legitimasi untuk mempromosikan Islam moderat yang damai dan progresif di panggung internasional. Kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN juga memberikan pengaruh tambahan di kawasan Asia-Pasifik.
Namun, peluang besar ini tidak datang tanpa tantangan. Indonesia perlu mengatasi masalah domestik seperti korupsi, ketimpangan sosial, dan pembangunan infrastruktur yang belum merata. Selain itu, diplomasi internasional harus diperkuat untuk memperluas pengaruh di dunia Islam dan memperkokoh posisi globalnya.
Berada di Aljazair, saya melihat bagaimana dinamika geopolitik dan ekonomi dunia Islam terus berkembang. Refleksi ini semakin menegaskan bahwa Indonesia memiliki modal yang luar biasa untuk menjadi pusat peradaban Islam modern. Dengan memanfaatkan warisan sejarah, kekuatan ekonomi, dan posisi strategis, Indonesia dapat mengangkat Islam ke panggung dunia sebagai agama yang mendorong perdamaian, keadilan, dan kemajuan. Visi ini tidak hanya akan menguatkan Indonesia, tetapi juga memberi arah baru bagi dunia Islam di era modern.