Di sebuah zaman ketika tiap klik melahirkan deret data, kita kerap terkecoh. Mengira bahwa informasi berarti pemahaman. Tapi mungkin kita sedang berada di titik ketika Jean Baudrillard benar. Di saat kebenaran dipalsukan bukan oleh dusta, tapi oleh limpahan warta.
Publikasi ilmiah hari ini bukan lagi jalan sunyi para pencari makna. Ia kini lebih menyerupai lalu lintas yang ramai, namun asing. Saling berdesakan, berebut ruang, tapi tak menyapa. Di sana, artikel tak terbit karena pertanyaan besar telah dijawab, melainkan karena tenggat waktu, target institusi, atau nilai akreditasi. Di sana, makalah lahir dari algoritma kewajiban, bukan kegelisahan.
Ada yang mengingatkan tentang noise. Sebuah kata yang kini bukan hanya gangguan telinga, tapi juga batin. Daniel Kahneman dan dua sahabatnya pernah menulis. Kesalahan bisa dikoreksi, tapi ketidakteraturan yang sistemik lebih sulit dihapus. Dua penilai bisa membaca naskah yang sama, namun menyimpulkannya berbeda. Bukan karena substansi, tapi karena cuaca pikirannya. Suatu hari cerah, tulisan bisa lulus. Di hari lain, hujan turun, dan makalah pun ditolak.
Apa yang disebut decision hygiene, kebersihan dalam menilai, hanya tinggal dalam buku. Ia belum jadi kebiasaan. Sistem yang bernama peer review seolah mengklaim objektivitas, tapi diam-diam menyimpan subjektivitas yang tak pernah diakui. Kadang, tulisan diproses oleh penilai yang letih. Kadang, oleh yang sedang tergesa. Ilusi kesepakatan lalu menjadi tameng dari sesuatu yang tak kunjung jernih.
Di tengah kekacauan ini, kita bertanya. Apakah ilmu masih berbicara?
Mungkin ia telah menjadi suara yang diredam dalam auditorium yang riuh. Atau, mungkin ia telah memilih diam. Bukan karena tak ada yang dikatakan, tapi karena tak ada ruang untuk didengar.
Kita hidup dalam masa ketika menulis ilmiah adalah cara mempertahankan eksistensi, bukan menyampaikan keresahan. Ketika publikasi tidak membawa terang, tapi kabut. Dan dari dalam kabut itu, kita pun meraba-raba. Bukan lagi mencari jawaban, tapi sekadar memastikan bahwa kita belum kehilangan arah.
Namun, adakah yang masih bertanya?