Terkejut mendengar berita ini grup WhatsApp: Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh. Innalillahi wa innailaihi rojiun. Telah berpulang Ira Nevasa pagi ini di RS Medistra Jakarta (pada jam 5 pagi tanggal 6 September 2025). Mohon dibukakan pintu maaf.
Saya mengenal Ira Nevasa, yang akrab kami panggil Epo, sejak masa kecil. Kami sama-sama bersekolah di TK Labor IKIP Padang (1974-1976), SD PPSP IKIP Padang (1976–1981) dan kemudian di SMA Negeri 3 Padang (1984-1987). Kenangan masa SMA begitu jelas di ingatan saya. Di kelas dua dan tiga kami sekelas, lalu sama-sama melanjutkan kuliah di ITB. Saya masuk jurusan Kimia, sementara Epo memilih Teknik Elektro. Pada wisuda Oktober 1992, kami kembali berdiri bersama, berfoto setelah acara yang penuh rasa bangga itu.


Kedekatan kami bukan hanya karena sekolah dan kuliah, tetapi juga karena kebetulan keluarga ayah kami berasal dari Payakumbuh. Ayah saya dan ayah Epo saling mengenal, membuat hubungan kami terasa lebih dekat.
Epo sejak SMA sudah dikenal sebagai siswa yang cerdas. Kemampuan matematikanya luar biasa, terbukti dari pencapaian nilai EBTANAS tertinggi di Sumatera Barat. Sayangnya, ia tidak lolos lewat jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). Namun, dengan keyakinan yang tinggi, ia mendaftar SIPENMARU (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) di ITB dengan satu pilihan saja: Teknik Elektro. Tidak ada pilihan kedua. Sebegitu besar kepercayaan dirinya. Dan benar saja, ia diterima. Kami berdua termasuk dari lima orang yang berhasil lolos ke ITB dari angkatan kami.
Saat kuliah, kami jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Tetapi kenangan kecil tetap hidup. Saya ingat suatu kali saat melanjutkan S2 di ITB, saya bertemu Epo di atas kereta api. Ia menggunakan seragam PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api, sekarang bernama KAI – Kereta Api Indonesia). Dari sanalah saya menyadari bahwa Epo meniti kariernya di dunia perkeretaapian.
Perjalanan kariernya memang mulus. Ia pernah menjabat di berbagai posisi strategis di PT Kereta Api Indonesia, mulai dari Deputy EVP Daop 4 Semarang, VP Signal and Telecommunication, VP Infrastructure Assets, hingga akhirnya menjadi Vice President Human Resources Development sampai pensiun tahun 2025. Dari Padang, Cirebon, Semarang, Bandung, jejak langkahnya selalu meninggalkan prestasi.
Saya kembali bertemu Epo saat reuni angkatan 1987 ITB di Bandung, Januari 2018, dan terakhir Epo mengunjungi saya di Malang, Januari 2023, sesudah saya kembali dari Malaysia setelah merantau selama 27 tahun. Saat itu saya tahu Epo sedang berjuang dengan penyakit diabetes. Namun, ia sangat telaten menjaga diri, disiplin mengatur makanan, dan paham betul bagaimana menghadapi penyakitnya.
Yang membuat saya selalu kagum adalah daya ingat Epo. Ia bisa mengingat detail-detail kecil tentang teman-temannya, termasuk hal-hal tentang diri saya yang bahkan saya sendiri sudah lupa. Memori fotografisnya membuat ia menjadi pribadi yang perhatian dan hangat.
Hari ini, Epo telah pergi mendahului kita semua. Namun kenangan bersamanya tetap hidup, tentang kecerdasannya, ketelitiannya, kebaikan hatinya, dan persahabatan yang tulus.
Selamat jalan, Epo.
Engkau akan selalu dikenang sebagai sahabat yang luar biasa.
Hadi Nur (6 September 2025, Malang)