Bijak, cerdik dan pandai

“Seringkali kita tidak sadar bahwa sistem pendidikan sekarang ini hanya menghasilkan orang cerdik dan pandai saja, tetapi tidak bijaksana.”

Saya sering membaca artikel mengenai kebijaksanaan dan kearifan. Namun sayangnya ditulis dalam bahasa Inggris. Dalam tulisan ini, saya mencoba menjelaskan pengertian mengenai kebijaksanaan (atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai wisdom) dengan menggunakan rujukan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dapat diakses secara online. Diharapkan, dengan lebih memahami makna kebijaksanaan, kita dapat membedakan tindakan-tindakan yang betul-betul bijaksana. Banyak orang cerdik dan pandai, tetapi tidak bijak.

bi.jak

[1] selalu menggunakan akal budinya; pandai; mahir: bukan beta — berperi; engkau memang, [2] a Mk pandai bercakap-cakap; petah lidah

Jadi, kebijaksanaan itu dapat didefinisikan sebagai keadaan seseorang yang menggunakan akal dan budinya sekaligus. Dalam kata lain, untuk menjadi bijaksana, akal budi yang didasarkan kepada pengalaman dan pengetahuan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadikan kehidupan menjadi sederhana, tertib, tenang dan bermakna dengan pikiran yang damai.

Dalam bahasa Indonesia, ada kata-kata yang mirip pengertiannya dengan bijak, yaitu cerdik dan pandai. Menurut KBBI, cerdik itu berarti cepat mengerti tentang situasi, dan pandai mencari pemecahannya. Namun, kecerdikan juga terdapat unsur negatif, yaitu licik, menguntungkan diri sendiri dengan cara tipu muslihat dan mungkin dengan cara memanfaatkan orang lain.

Menurut KBBI, kata pandai didasarkan kepada kemampuan otak yang bagus dan cepat dalam menganalisis sesuatu. Pandai didefinisikan sebagai cepat dalam belajar dan memahami. Kepandaian juga berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan.

cer.dik /cêrdik/

[1] cepat mengerti (tentang situasi dan sebagainya) dan pandai mencari pemecahannya dan sebagainya; panjang akal; banyak akal:jika jadi pedagang, selain harus pandai berdagang, harus — pula, [2] banyak tipu muslihatnya; licik; licin:dia seorang penipu yang –, lima kali berhasil lolos dari penangkapan polisi

pan.dai1

[1[ cepat menangkap pelajaran dan mengerti sesuatu; pintar; cerdas: anak itu –, rajin, dan jujur, [2] mahir; cakap; terampil: karyawan itu — lagi cekatan; ia — berbahasa Inggris, [3] dapat; sanggup:anak itu sudah — membaca, [3] berilmu:banyak orang — di daerah ini

pan.dai2

[1] tukang tempa: — besi, [2] juru (tukang) ramu

Dari penjelasan di atas, terdapat perbedaan antara kata bijak, cerdik dan pandai. Dalam kecerdikan terdapat unsur-unsur yang menguntungkan diri sendiri dengan cara yang licik, sedangkan pengertian pandai tidak mempunyai unsur penipuan atau kelicikan, tetapi berhubungan dengan kemahiran dan ketrampilan.

Pemahaman mengenai kebijaksanaan, kecerdikan dan kepandaian sangat penting dalam dunia pendidikan. Kita tidak ingin menghasilkan orang yang pandai dan licik tetapi tidak bijak — tidak memiliki akal budi. Kebijaksanaan memiliki unsur kebenaran, berpengetahuan dan memiliki penilaian yang baik terhadap sesuatu. Pada dasarnya, menjadi bijak berarti memiliki kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah.

Orang yang bijaksana selalu menjaga pikiran dan perilaku mereka, sementara orang yang cerdik mungkin berpikir untuk mengalahkan orang lain untuk tujuan egois mereka sendiri. Orang bijak juga cenderung berpikir dengan cara yang berbeda.

Dalam kehidupan, semua fenomena dan keputusan yang diambil, selalu ada sisi baik dan buruknya. Tidak peduli seberapa bagus sesuatu, tetap ada sesuatu yang buruk di dalamnya. Begitu juga sebaliknya. Dalam hidup, tidak ada kesempurnaan. Jika kita hanya bisa melihat hanya yang baik saja atau hanya yang buruk saja, maka kita belum memperoleh kebijaksanaan. Untuk menjadi bijak, kita harus bisa melihat gembaran secara keseluruhan. Memahami pro dan kontra dari fenomena apapun.

Namun, tidak berarti orang yang bijaksana itu tahu semuanya. Orang yang bijaksana sadar bahwa ada hal-hal yang tidak dia ketahui. Meski tidak tahu beberapa hal, dia akan tahu apa yang harus dilakukan untuk mencari pengetahuan itu. Orang bijaksana tidak akan menyalahgunakan kecerdasannya untuk memanfaatkan orang lain secara licik untuk kepentingan dirinya.

Bunga teratai sering digunakan sebagai simbol kebijaksanaan. Bunga yang warnanya indah ini tumbuh dari kolam air yang hitam warnanya. Di sinilah kita harus belajar dari alam. Kita hidup dalam masyarakat yang materialistik dan suka memfitnah. Walaupun begini keadaannya, orang bijak tidak terpengaruh karena memilih untuk belajar menjalankan cara yang benar.

“Memahami orang lain adalah kecerdasan, memahami diri sendiri adalah kebijaksanaan sejati. Menguasai orang lain adalah kekuatan, menguasai diri sendiri adalah kekuatan sejati. Inilah kebijaksanaan.”