Saya pernah membaca sebuah sindiran lucu di Twitter yang isinya kira-kira seperti ini:
Bagaimana bisa ada kesenjangan pendidikan jika universitas membuat ujian masuk hanya menerima yang pintar. Mereka dididik untuk meninggalkan yang bodoh. Perguruan tinggi harus membuat tes agar yang pintar tidak diterima. Yang pintar disuruh belajar sendiri dan yang bodoh diajari.
Coba lihat, hampir semua universitas meritokratis dan elitis. Manusia yang lulus dari universitas elit nantinya akan menjadi pemimpin di berbagai bidang di masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan berikut muncul ketika pendidikan tinggi menjadi elit.
- Apakah kita perlu membuat universitas menjadi elitis?
- Apa peran pendidikan tinggi dalam stratifikasi masyarakat?
- Apakah universitas berkontribusi terhadap ketimpangan ekonomi?
- Apakah pendidikan tinggi berfungsi sebagai mesin yang menciptakan ketimpangan di masyarakat?
Pendidikan tinggi harus berfungsi untuk mengurangi ketimpangan, bukan pendidikan yang mendorong ketimpangan. Di bawah ini adalah tiga aspek yang menurut saya penting untuk dilihat dari segi ketimpangan.
Pendidikan dari masyarakat dan untuk masyarakat. Jika pendidikan diposisikan sebagai tanggung jawab masyarakat, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, maka pendidikan diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antara si kaya dan si miskin karena dapat meningkatkan akses pendidikan dari semua lapisan masyarakat. Hal ini terutama berlaku untuk orang-orang yang secara ekonomi dan sosial kurang beruntung.
Pendidikan dengan misi tertentu dan penilaian yang tepat. Di perguruan tinggi, misi masing-masing perguruan tinggi mungkin berbeda. Pemahaman tentang misi yang berbeda antara lembaga dalam sistem pendidikan dan siapa yang dilayani pendidikan adalah penting. Sektor pendidikan tinggi yang dibiayai masyarakat tentu memiliki visi yang berbeda. Dalam pendidikan, seperti halnya pakaian, satu ukuran tidak boleh cocok untuk semua. Pendidikan tinggi saat ini memenuhi sejumlah besar kebutuhan masyarakat yang berbeda. Ada yang disebut community college, universitas regional dan universitas riset. Oleh karena itu, penilaian terhadap kinerja berbagai perguruan tinggi tersebut tentunya berbeda.
Komersialisasi pendidikan. Pendidikan yang terlalu berorientasi pada keuntungan komersial juga dapat menimbulkan ketimpangan.
Rujukan: Has Higher Education Become an Engine of Inequality?