Sombong tapi bodoh

Ini pengalaman saya sebagai ketua sidang ujian Ph.D. mahasiswa jurusan fisika di Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Seperti biasa, sebagai ketua sidang, sebelum sidang dimulai, saya mengundang pembimbing dan penguji untuk berdiskusi tanpa dihadiri oleh mahasiswa yang diuji. Hal ini selalu saya lakukan agar penguji yang telah membaca menilai disertasi mendapat gambaran tentang latar belakang kualitas mahasiswa yang diuji dari komentar pembimbing.

Sebelum ujian, saya telah membaca laporan yang diberikan oleh penguji. Salah satu penguji memberikan nilai gagal, mahasiswa tersebut harus mengikuti ujian kedua setelah satu tahun perbaikan. Penguji lain mengatakan bahwa disertasi hanya membutuhkan koreksi kecil. Terlihat bahwa hasil penilaian kedua penguji sangat berbeda.

Dalam diskusi sebelum ujian, pembimbing mengatakan bahwa mahasiswa ini rajin tetapi sombong. Awalnya saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan kata sombong yang diucapkan oleh pembimbing yang berbicara menggunakan bahasa Inggris. Kata yang disebutnya adalah “vanity“. Ketika ujian berlangsung, saya menyadari bahwa mahasiswa ini memang sombong. Hal ini terlihat dari cara dia menjawab, juga bahasa tubuhnya saat berbicara. Dia meremehkan pertanyaan yang diajukan oleh penguji, sangat defensif dalam mempertahankan pendapatnya.

Setelah hampir tiga jam ujian, saya melihat banyak kelemahan dalam disertasi, baik dari penulisan maupun analisis data. Sayangnya, mahasiswa tidak mau menerima komentar konstruktif dari penguji yang sudah berpengalaman dengan topik yang diteliti oleh mahasiswa tersebut. Ini adalah kesombongan.

Seperti yang ditunjukkan oleh iblis, dia tidak mau menuruti perintah Tuhan ketika dia sujud kepada Adam. Kejadian ini bisa menjadi contoh bahwa adab sangat dibutuhkan dalam melakukan penelitian ilmiah. Sebagai seorang muslim, saya perlu mengacu pada adab yang pernah ditunjukkan oleh para ilmuwan muslim pada masa lalu, termasuk tentang perlunya seorang peneliti atau ilmuwan untuk selalu rendah hati karena Allah SWT. Hal ini perlu supaya kebenaran dapat datang. Kata Imam al-Fudayl: “Barangsiapa yang merendah diri karena Allah, maka akan dikaruniakan kepadanya hikmah atau kebijaksanaan daripada Allah.” ini adalah kekuatan spiritual yang akan memberikan dampak kepada kualitas pemikiran. ini adalah prinsip dalam melakukan penelitian ilmiah. Walaubagaimanapun, hal ini juga berlaku untuk siapa saja, termasuk manusia yang merasa dirinya pintar menganggap orang lain itu bodoh.