Jangan berdebat dengan orang bodoh

Saya sering melihat perdebatan, dan saya selalu menghindari perdebatan, terutama dengan orang bodoh. Kebodohan adalah kurangnya pemahaman, alasan, atau kecerdasan. Orang-orang bodoh inilah yang selalu saya lihat dalam perdebatan. Di bawah ini adalah dua pertimbangan yang membuat saya selalu menghindari perdebatan.

Gagal paham jika berdebat dengan orang bodoh

قال الإمام الشافعي: مَا جَادَلْتُ عَالِمًا إِلَّا غَلَبْتُهُ وَلَا جَادَلْتُ جَاهِلًا إِلَّا غَلَبَنِي

Artinya, “Setiap kali berdebat dengan kelompok intelektual, aku selalu menang. Tetapi anehnya, kalau berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tanpa daya.”

Ucapan Imam Syafi’i ini dikutip dari Mafahim Yajibu an Tushahhah karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, Surabaya, Haiatus Shafwah Al-Malikiyyah, tanpa catatan tahun, halaman 340. Kutipan ini diangkat oleh Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki ketika membahas masalah maulid di tengah segelintir orang yang ngotot membid’ahkan peringatan maulid karena gagal paham. Gagal paham seperti ini yang membuat diskusi sering kali tidak bersambung antara orang yang berdebat karena masing-masing bicara hal yang lain. Gagal paham inilah yang membuat perdebatan hanya menghasilkan kelelahan untuk orang yang berdebat dan juga orang yang menyaksikan perdebatan.

Jangan buktikan kehebatanmu

Balapan antara cheetah dan anjing pada bulan Desember 1937 di Stadion Romford London. Cheetah hanya diam. Foto ini tidak menggambarkan peristiwa yang sebenarnya dimana cheetah menang dalam balapan.

Mana yang lebih cepat, anjing atau cheetah? Tapi cheetah tidak bergerak. Lalu mereka bertanya kepada koordinator lomba, apa yang terjadi? Dia mengatakan bahwa terkadang mencoba membuktikan bahwa Anda yang terbaik adalah suatu penghinaan. Hal ini yang berlaku pada cheetah yang tidak perlu membuktikan bahwa sebenarnya dia adalah yang tercepat.

Refleksi filosofis

Pandangan yang menyatakan jangan berdebat dengan orang bodoh juga dapat dikaitkan dengan pemikiran Socrates dan Laozi yang menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam mengelola diskusi serta kesadaran diri.

Socrates, dalam dialog-dialognya yang dicatat oleh Plato, sering kali menekankan bahwa kebijaksanaan sejati bukanlah soal menang atau kalah dalam perdebatan, melainkan kesediaan untuk mencari kebenaran dan memahami ketidaktahuan. Socrates menyatakan bahwa “Kebijaksanaan sejati datang kepada manusia saat ia menyadari betapa sedikitnya yang ia ketahui.” Sikap ini mengajarkan kita untuk menghindari perdebatan sia-sia dengan orang yang tidak mencari kebenaran, melainkan sekadar ingin menang atau mempertahankan opini mereka tanpa dasar yang kuat.

Di sisi lain, filsuf Taois Laozi dalam Tao Te Ching mengatakan, “Orang yang tahu tidak berbicara; orang yang berbicara tidak tahu.” Ungkapan ini mengajarkan bahwa kebijaksanaan sering kali terletak dalam keheningan, dan terkadang, menghindari perdebatan adalah tindakan yang menunjukkan pengendalian diri dan pemahaman yang mendalam. Laozi juga menegaskan pentingnya tidak membuktikan superioritas secara berlebihan, sebagaimana dikatakan, “Mereka yang berusaha untuk tampil hebat jarang mendapatkan pengakuan yang tulus.”

Kedua pandangan ini menegaskan bahwa kebijaksanaan dalam mengelola diri, tidak terjebak dalam perdebatan yang tidak bermakna, dan menahan diri dari pembuktian yang tidak perlu adalah bentuk penghormatan terhadap pemahaman diri dan kebenaran.