Hijrah

“Sudah 26.5 tahun saya meninggalkan tanah air. Sudah waktunya saya pulang.”

Cerita pulang ke tanah air ini sengaja saya tulis untuk menjawab pertanyaan banyak orang mengenai mengapa saya pulang ke tanah air setelah lebih 26 tahun tinggal di luar Indonesia. Karena saya belajar dan bekerja di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) lebih dari 23 tahun, maka fokus tulisan saya adalah dengan UTM dan cerita proses kepulangan saya ke Indonesia. Saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada orang-orang yang saya sebutkan dalam tulisan ini. Tanpa mereka, saya tidak dapat menjadi seperti sekarang. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka.

1.0 Latar belakang

Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan filosofis ini: Mengapa burung hidup di tempat yang sama, di pohon yang sama, padahal mereka bisa terbang ke mana saja di bumi? Meskipun saya bukan burung, cerita ini dimulai dengan pertanyaan yang sama. Tulisan ini tidak objektif dan ada bias konfirmasi karena ini bukan karya ilmiah. Disamping itu, ini juga memperlihatkan bahwa menikmati proses juga penting dalam kehidupan. Semakin sukar proses tersebut, semakin tinggi nilai dan maknanya dalam kehidupan. Dengan begitu, banyak yang dapat diceritakan dalam setiap proses tersebut.

Tanah air adalah ibu pertiwi yang sangat mencintai kita sehingga mempersembahkan segalanya buat kita, kita pun secara naluriah mencintainya. Itulah fitrah, naluri manusiawi, karena itu hubbu al-wathan minal iman, cinta tanah air adalah manifestasi dan dampak keimanan (kalimat ini saya ambil dari tulisan Quraish Shihab mengenai cinta). Saya meninggalkan Indonesia 26 tahun yang lalu, tepatnya pada 1 Desember 1995 saya berangkat ke Johor Bahru, Malaysia. Inilah pertama kali paspor saya dicop oleh petugas imigrasi Malaysia. Jadi, saya telah menghabiskan 50% umur saya di luar Indonesia. Inilah tempat-tempat tinggal sejak saya dilahirkan tahun 1969.

  • Bukittinggi (1969 – 1974), tempat saya dilahirkan;
  • Padang (1974 – 1987), tempat saya sekolah sampai SMA;
  • Bandung (1987 – 1995) tempat saya kuliah sampai magister;
  • Sapporo (1999 – 2002), tempat saya bekerja sebagai postdoc; dan
  • Johor Bahru (1995 – 2022), tempat saya belajar sebagai mahasiswa Ph.D. dan bekerja sebagai dosen.

Secara kronologi, sebahagian pengalaman profesional saya dapat dibaca dari CV saya.

2.0 UTM akan selalu dikenang

Saya datang ke Universiti Teknologi Malaysia (UTM) sebagai mahasiswa Ph.D. pada bulan Desember 1995. Jika dikurangkan dengan waktu tinggal di Jepang (1999-2002), saya dengan UTM selama lebih dari 20 tahun. Tulisan ini adalah cerita saya dengan UTM. Ada hal-hal penting dalam hidup saya yang saya habiskan di UTM: hubungan saya dengan rekan kerja saya, pekerjaan saya, pemikiran dan refleksi saya tentang pendidikan tinggi dan kehidupan. Tujuan hidup kita didasarkan pada tiga prinsip yang saling terkait bahwa manusia adalah makhluk intelektual, makhluk yang memiliki pilihan dan mengalami penderitaan dalam hidup di dunia. Ketiga prinsip tersebut dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan setiap manusia, dan juga tercermin dalam catatan ini. Tujuan hidup di dunia ini adalah proses kita mendekati sifat-sifat Allah seperti taqwa, jujur, bijaksana, penyayang, sabar dan lain-lain. Karena sumber dari semua sifat ini berasal dari Tuhan, kita harus mendekat kepadaNya dengan menyembahNya. Upaya ke arah itu membutuhkan akal, pilihan dan penderitaan, meskipun mustahil bagi kita untuk mencapai sifat-sifat Allah SWT yang sempurna. Manusia hanya bisa mendekati kualitas-kualitas ini. Yang terpenting, kita harus menyadari bahwa penderitaan adalah sifat duniawi. Kisah kehidupan manusia adalah kisah tentang harapan yang dicapai sekaligus kegagalan untuk mencapai tujuan. Setiap detik, hidup ini adalah jaringan harapan dan selalu dikaitkan dengan penderitaan. Manusia membutuhkan harapan yang perlu diperjuangkan dalam kehidupan yang dinamis.

Dalam hidup, yang terpenting adalah bagaimana kita memotivasi diri sendiri untuk menemukan makna, tujuan, dan pada akhirnya kebahagiaan. Proses penemuan diri sangat penting dalam proses menemukan makna dalam hidup, terutama dalam memotivasi diri sendiri dalam hidup. Dalam sains, selama berabad-abad, para ilmuwan dan filsuf telah mencoba menemukan tujuan hidup. Dari teori kuantum, dalam skala terkecil, hingga kosmologi, dalam skala yang sangat besar – hingga tingkat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia biasa, yang hanya dapat dijawab oleh agama. Pencarian yang terus-menerus akan berlaku, dan menurut pendapat saya, tidak pernah akan berhenti. Hal yang terus ditanyakan oleh manusia. Menurut banyak filsuf dan ilmuwan sosial, kemampuan seseorang untuk mencintai dan bekerja erat kaitannya dengan tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup seseorang. Namun yang terpenting, manusia harus menemukan makna dalam hidupnya sendiri. Ini dikenal sebagai proses penemuan diri.

●●●

Profesor yang mengajar di perguruan tinggi adalah pendidik, dengan kata lain guru. Tujuan utama saya sebagai profesor adalah menjadi guru dan membimbing mahasiswa dengan baik. Tentu saja, penelitian juga merupakan hal yang penting, tetapi mendidik lebih penting karena penyelidik yang baik biasanya adalah guru yang baik, meskipun ada juga yang tidak. Ini sebenarnya keprihatinan saya melihat perkembangan pendidikan tinggi sekarang. Lebih dari dua puluh tahun saya bersama UTM bukanlah waktu yang singkat. Ini menunjukkan bahwa saya setia pada pekerjaan saya. Ini adalah wujud dedikasi saya terhadap suatu usaha, bukan hanya karena minat tetapi juga komitmen sepenuh hati untuk bekerja sebagai dosen di UTM.

Proyek Ph.D. saya (1995 – 1998) di Jurusan Kimia Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dibawah bimbingan Prof. Halimaton Hamdan berkaitan dengan sintesis, karakterisasi dan aktivitas aluminofosfat bahan berpori, VPI-5. Setelah enam bulan bekerja di laboratoriun, saya gagal mensintesis VPI-5. Tesis Ph.D. saya dihasilkan dari dua belas bulan kerja keras di laboratorium. Pada saat yang sama, saya juga berkolaborasi pada proyek lain dengan topik mensintesis zeolit ​​​​dari abu sekam padi. Saya lulus dengan gelar Ph.D. dengan beberapa publikasi ilmiah tentang studi struktur, sifat fisikokimia dan AlPO4-5 bahan berpori yang dimodifikasi menggunakan logam transisi. Saya juga berhasil mensintesis zeolit ​​NaA langsung dari sekam padi dan juga dari abunya. Ini adalah dua belas bulan kerja yang sangat melelahkan. Saya akhirnya belajar bagaimana bekerja dalam sains secara mandiri. Meski sangat melelahkan, periode ini sangat menggembirakan. Saya menyelesaikan Ph.D saya dalam dua setengah tahun pada tahun 1998. Penguji eksternal tesis Ph.D. saya adalah Prof. Dr. Liew Kong Yong dari Universiti Sains Malaysia (USM). Setelah itu, saya bekerja sebagai postdoc selama satu tahun di UTM. Saya adalah postdoc paling awal di UTM. Saya adalah warga negara Indonesia ketiga yang menerima gelar Ph.D. dari UTM setelah Dr. Ahmad Indra Siswantara (sekarang dosen Universitas Indonesia) dan Dr. Sabar dan Penderitaan Hutagalung (sekarang dosen di Universitas Jazan, Arab Saudi). Saya berterima kasih kepada Prof. Datuk Dr. Halimaton Hamdan, tanpa dia saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini.

●●●

Setelah lulus di program Ph.D., Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) adalah dua universitas yang menerima saya sebagai dosen. Namun, saya masih ingin mencari pengalaman dalam penelitian. Akhirnya saya berkesempatan untuk postdoc di Catalysis Research Center, Hokkaido University, Sapporo, Jepang. Saya berangkat ke Sapporo bersama istri dan dua anak saya, Farid Rahman Hadi (lahir 1995 di Bandung), dan Firda Hariri (lahir 1999 di Johor Bahru). Dua setengah tahun di Sapporo sudah cukup bagi kami untuk menimba pengalaman. Pendidikan anak-anak mulai bermain di benak saya. Bukannya Jepang tidak bagus untuk pendidikan, tapi ada yang perlu dikhawatirkan tentang pendidikan agama anak-anak. Saya dan istri setuju untuk kembali ke Malaysia. Alasannya, pertama, UTM yang paling aktif mengundang saya menjadi dosen. Kedua, pendidikan agama anak lebih terjamin dan ketiga, Malaysia lebih dekat dengan kampung halaman.

Setelah dua setengah tahun di Hokkaido University, saya kembali ke UTM setelah Prof. Halimaton Hamdan menerima saya sebagai dosen di Ibnu Sina Institute for Fundamental Science Studies (IIS). Saya adalah dosen pertama di IIS. Prof. Halimaton adalah Direktur IIS dan memimpin proyek penelitian senilai RM 11,5 juta di bawah hibah penelitian IRPA. Pada Mei 2002, saya mulai bekerja di Universiti Teknologi Malaysia (UTM), setelah satu tahun sebagai research officer sambil menunggu proses aplikasi sebagai dosen untuk diproses di Kementerian Pendidikan Malaysia, dan selanjutnya sebagai dosen DS45 pada 2 Juni 2003. Rasa syukur dan suka cita datang ketika saya diangkat menjadi profesor di UTM pada tahun 2010.

●●●

Profil saya sebagai peneliti di UTM.

This image has an empty alt attribute; its file name is img_3608.jpg
Saya termasuk salah satu dari 41 orang dosen UTM yang masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientist untuk kategori dampak sitasi, dan salah satu dari 17 orang dosen UTM yang masuk dalam daftar dampak karir-panjang berdasarkan sitasi untuk tahun 2020.

Berikut adalah jabatan-jabatan yang saya pegang di UTM dan juga jabatan-jabatan di luar UTM dari tahun 1998 sampai bulan Mei 2022 yang ditulis secara kronologis di bawah ini. Walaupun sudah berhenti sebagai staf UTM, mulai 1 Juni 2022, saya diangkat sebagai Adjunct Professor di Fakulti Sains, Universiti Teknologi Malaysia.

  • 2022– | Adjunct Professor, Fakulti Sains, Universiti Teknologi Malaysia
  • 2018–2022 | Direktur Institut, Ibnu Sina Institute for Scientific and Industrial Research (ISI-SIR), Universiti Teknologi Malaysia
  • 2017–2022 | Adjunct Professor, Universitas Negeri Malang, Indonesia
  • 2015–2019 | Direktur, Centre for Sustainable Nanomaterials (CSNano), Universiti Teknologi Malaysia
  • 2010–2022 | Profesor (VK07), Ibnu Sina Institute for Fundamental Science Studies, Universiti Teknologi Malaysia
  • 2015 | Visiting Scientist, Institute for Heterogeneous Materials Systems, Helmholtz-Zentrum Berlin for Materials and Energy, Jerman
  • 2009–2014 | Ketua Grup Catalytic Science and Technology (CST), Universiti Teknologi Malaysia
  • 2008–2014 | Global Alliance Manager (Region 1 – South East Asia), Universiti Teknologi Malaysia
  • 2008–2010 | Associate Professor (DS53), Ibnu Sina Institute for Fundamental Science Studies, Universiti Teknologi Malaysia
  • 2007–2008 | Pesyarah Kanan (DS51), Ibnu Sina Institute for Fundamental Science Studies, Universiti Teknologi Malaysia
  • 2003–2007 | Pensyarah (DS45), Ibnu Sina Institute for Fundamental Science Studies, Universiti Teknologi Malaysia
  • 2002–2003 | Research Officer, Ibnu Sina Institute for Fundamental Science Studies, Universiti Teknologi Malaysia
  • 2001–2002 | COE Visiting Researcher, Catalysis Research Center, Hokkaido University, Jepang
  • 1999–2001 | JSPS (Japan Society for the Promotion of Science) Postdoctoral Fellow, Laboratory of Catalytic Reaction Chemistry, Catalysis Research Center, Hokkaido University, Jepang
  • 1998–1999 | Postdoctoral Fellow, Department of Chemistry, Universiti Teknologi Malaysia

Pengalaman saya di bidang administrasi dimulai pada tahun 2008 ketika saya diangkat sebagai Manajer Hubungan Internasional di bawah Kantor Urusan Internasional UTM dengan Direktur adalah Prof. Dr. Mohd Azraai Kassim dan Wakil Direktur adalah Assoc. Prof. Dr. Mohammad Ismail Abd Aziz. Saya berada di Kantor Internasional UTM selama 5 tahun 4 bulan. Saat itu, saya terlibat dalam upaya UTM mendapatkan dosen dan mahasiswa dari Indonesia. Hal ini terkait dengan upaya UTM untuk mendapatkan status universitas riset pada 10 Juni 2010. Saat itu, UTM memiliki lebih dari 30 dosen dari Indonesia, dan sekitar 450 mahasiswa. Saya melakukan banyak kunjungan ke Indonesia bersama Prof. Dato’ Seri Dr. Zaini Ujang, Naib Canselor UTM, dan juga Prof. Dr. Ahmad Kamal Idris, Direktur Pemasaran UTM saat itu. Inisiatif pertama yang saya ambil sebagai International Affairs Manager adalah mengunjungi Dr. Fasli Jalal yang saat itu menjabat sebagai Dirjen Dikti pada 9 Februari 2009 memperkenalkan Indonesia Scholar-in-Residence Program (ISRP).

●●●

Hampir 20 tahun karir saya sebagai dosen di UTM, saya telah membimbing 34 mahasiswa Ph.D. Saya belajar banyak dari pengalaman mereka menyelesaikan Ph.D. mereka. Beberapa dari mereka lambat untuk menyelesaikan Ph.D. mereka menyebabkan masalah keluarga dan keuangan. Saya harus bersabar dan harus menyusun strategi bagaimana mereka bisa lulus. Saya menyadari bahwa karakter setiap mahasiswa yang dibimbing tidak sama. Seorang individu yang unik. Mereka berbeda karena mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Kita terkadang lupa, bahwa kita perlu menghargai dan menghargai keunikan individu, serta berusaha menggali kepribadian individu tersebut agar unggul. Kita perlu menciptakan lingkungan yang mempromosikan nilai dan keunikan pribadi, rasa hormat, kejujuran, kebebasan, keterlibatan, dan harapan. Terkadang kita mengorbankan tujuan jangka panjang dan mulia dalam mendidik manusia, hanya untuk kesuksesan yang nyata. Siswa perlu dididik untuk mandiri, kreatif, mampu berpikir sendiri dan memiliki integritas moral yang tinggi.

Saya telah melakukan penelitian ilmiah dibantu oleh mahasiswa Ph.D. saya, dan menghasilkan banyak publikasi ilmiah. Namun, perlu dipertanyakan, apakah hasil penelitian itu bermanfaat atau tidak? Saya perlu melakukan introspeksi. Menurut ajaran Islam yang saya yakini, agar penelitian bermanfaat, penelitian harus dimulai dengan niat baik. Niat melakukan penelitian sama halnya dengan mencari ilmu. Mencari kebenaran. Niat terbaik adalah untuk mencapai akhlak mulia dan bermanfaat bagi umat manusia.

●●●

Saya teringat ketika saya menyarankan kepada Prof. Halimaton Hamdan, Direktur Ibnu Sina Institute for Fundamental Science Studies (IIS) pada tahun 2005 bahwa IIS harus memiliki jurnal sendiri, yaitu Journal of Fundamental Sciences (JFS). Saat itu saya sedang bekerja sendirian mengelola jurnal, mulai dari membuat website, membuat layout dan cover, dan mengirimkannya untuk dicetak ke percetakan. JFS merupakan jurnal pertama yang menggunakan Open Journal System (OJS) di Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Saya masih ingat Pn. Zarina Junet menginstal OJS di server komputer IIS pada tahun 2007. Jurnal ini berkembang seperti sekarang dan berganti nama menjadi Malaysian Journal of Fundamental and Applied Sciences (MJFAS). MJFAS menerima CREAM Award 2018 dari Kementerian Pendidikan Malaysia, dan diindeks Scopus pada tahun 2021.

●●●

Salah satu proyek berdampak tinggi yang sedang berlangsung adalah inisiatif untuk mendirikan Indonesia-Malaysia Research Consortium (I’M Research Consortium). Konsorsium penelitian ini merupakan wadah yang menghubungkan dosen dan peneliti di perguruan tinggi dan penelitian di Indonesia dan Malaysia untuk berinteraksi dan berkolaborasi secara lebih sistematis. Dalam upaya semakin mempererat hubungan Indonesia-Malaysia, sejalan dengan aspirasi kedua negara, pembentukan konsorsium penelitian ini menjadi penting karena merupakan salah satu rencana strategis melalui kerjasama di bidang pendidikan dan investigasi. Pada tanggal 2 Oktober 2017, Prof. Datuk Ir. Dr. Wahid Omar dan saya menghadiri diskusi I’M Research Consortium di Kementerian Pendidikan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Jakarta yang dihadiri oleh Dato’ Seri Idris Jusof (Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia) dan Prof. M. Nasir (Menteri Pendidikan, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia).

●●●

Ini adalah perhitungan waktu saya di Universiti Teknologi Malaysia (UTM) berdasarkan dokumen yang dikeluarkan oleh UTM, sejak saya masuk sebagai mahasiswa Ph.D. hingga mengundurkan diri sebagai profesor pada tanggal 31 Mei 2022.

  • Mahasiswa Ph.D. | 1 Desember 1995 – 9 Mei 1998 (891 hari = 2 tahun, 5 bulan, 9 hari)
  • Postdoctoral fellow | 1 September 1998 – 30 Nopember 1999 (456 hari = 1 tahun, 3 bulan)
  • Pegawai penyelidik | 1 Mei 2002 – 30 April 2003 (365 hari = 1 tahun)
  • Pensyarah | 2 Juni 2002 – 31 Mei 2022 (6966 hari = 19 tahun, 11 bulan, 26 hari)

Jadi, berdasarkan dokumen (surat lulus Ph.D. dan surat kontrak) dengan UTM, saya secara resmi tercatat menjadi mahasiswa dan staf UTM selama 8,678 hari = 23,8 tahun = 23 tahun, 9 bulan, 1 minggu, 2 hari. Sungguh waktu yang cukup lama.

Foto dengan toga Universiti Teknologi Malaysia (UTM) dengan rentang waktu 22 tahun, lulus Ph.D. tahun 1998 (foto dengan toga tahun 1999), dilantik menjadi profesor tahun 2010 (foto dengan toga tahun 2011), dan foto terakhir tahun 2021.

●●●

Dua puluh tahun bukanlah waktu yang singkat bagi manusia. Seperti banyak hadits diriwayatkan, usia umat Nabi Muhammad adalah antara 60 sampai 70 tahun. Tahun ini saya berusia 53 tahun. Kemuliaan seseorang tergantung pada penggunaan waktu. Insya Allah, dua puluh tahun lebih bersama UTM ini bisa menjadi refleksi bagi saya untuk menghabiskan sisa hidup saya untuk karya intelektual yang bermanfaat bagi banyak orang. Saya harap saya dapat menggunakan waktu saya dengan baik. Tak lupa juga saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan terima kasih kepada para guru dan kawan-kawan yang secara langsung maupun tidak langsung telah membentuk saya hingga saat ini. Manusia adalah makhluk yang tidak sempurna dan sering salah dalam melihat, mengambil keputusan dan melakukan sesuatu. Ini juga berlaku untuk saya. Saya sangat ingin dinasihati jika ada yang salah dalam bertindak, berbicara dan melayani orang lain. Dengan demikian, dengan proses belajar, manusia berusaha untuk menjadi makhluk yang lebih berbudaya dengan saling menasehati dalam kebenaran. Insya Allah postingan ini bisa menjadi pelajaran buat saya.

3.0 Refleksi

Hakikat semua cerita di atas adalah mengenai usaha dan harapan. Hidup semua orang selalu dipermainkan oleh harapan-harapan yang tidak pernah terwujud. Dulu, seni rupa dan teknik mesin adalah bidang yang saya minati, tetapi akhirnya saya menjadi profesor kimia. Saya ingin bekerja di negara sendiri, namun akhirnya 50% umur saya dihabiskan luar negeri. Dulu pernah juga bercita-cita jadi diplomat, tapi akhirnya diamanahkan menjadi administrator di universitas yang mengurus kerjasama luar negeri dan pusat penelitian. Banyak sekali harapan-harapan yang tidak terwujud, namun berakhir dengan hal-hal yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Saya sadar bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semua sudah ditetapkan oleh Allah yang Maha Kuasa. Kita hanya perlu berjuang untuk hidup dengan mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan olehNya, dan selalu memohon kepadaNya supaya semuanya mendapat ridhoNya.

“Berdo’a dan lupakanlah. Jangan terus menerus menagihNya. Karena Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-hambaNya.”

●●●

Jika ada yang bertanya kepada saya, apakah saya mengalami keterasingan selama berada di luar negeri? Jawabannya adalah ya, walaupun saya sudah menganggap Malaysia adalah tanah air kedua saya. Saya bekerja begitu lama dan berteman dengan orang-orang yang baik dan luar biasa. Seperti yang sudah diketahui, keterasingan adalah suatu kondisi hubungan yang dicerminkan oleh tingkat integrasi yang rendah antara individu, atau antara individu dan sekelompok orang dalam suatu komunitas atau lingkungan kerja. Keterasingan yang saya alami diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu (1) keterasingan ekonomi dan sosial, (2) keterasingan politik, dan (3) keterasingan ideologis. Ketiga-tiga jenis keterasingan ini saya rasakan selama menjadi orang asing di negara orang. Keterasingan yang paling menonjol adalah keterasingan politik dan ideologis. Disamping itu, kadang-kadang ketidaknyamanan sebagai orang asing di negara orang juga saya rasakan. Walaubagaimanapun, saya pasti akan rindu dengan Malaysia.

Identitas saya sebagai orang Indonesia sangat jelas terlihat, dan ini tidak perlu disembunyikan. Kita perlu memahami bahwa manusia ada karena memiliki identitas. Website pribadi saya, hadinur.net, tanpa saya sadari juga untuk membangun identitas saya sebagai orang Indonesia yang bekerja di UTM. Dalam kehidupan, identitas memainkan peranan penting dalam membangun kepercayaan orang. Reputasi yang dibuat untuk waktu yang lama dapat rusak oleh kinerja yang buruk dan mungkin oleh fitnah. Hal terakhir ini pernah saya alami. Seringkali identitas ini membawa efek positif dan negatif dalam kehidupan sehari-hari di luar negeri.

●●●

Rasa rindu juga alasan saya untuk pulang. Ada satu perkataan yang sesuai untuk ini, yaitu “nostalgia”. Perkataan nostalgia yang berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu nóstos yang artinya “pulang ke rumah” dan álgos yang artinya “sakit”, adalah menggambarkan bahwa keinginan untuk pulang itu adalah untuk mengobati rasa rindu.

Salah satu faktor terpenting mengapa saya gembira dan bersyukur bisa kembali ke Indonesia adalah karena saya merasa dapat berperan dalam memajukan pendidikan tinggi di Indonesia. Saya ingin bangsa ini maju. Pengalaman saya selama lebih dari 20 tahun mulai dari postdoc hingga menjadi profesor, dan juga pengalaman menjadi administrator di sebuah universitas dapat bermanfaat bagi kemajuan Indonesia. Lagu “Indonesia Pusaka” karya Ismail Marzuki, merupakan lagu yang mengingatkan saya pada Indonesia, tanah air saya.


Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai akhir menutup mata

Sungguh indah tanah air beta
Tiada bandingnya di dunia
Karya indah Tuhan Maha Kuasa
Bagi bangsa yang memujanya

Indonesia ibu pertiwi
Kau kupuja kau kukasihi
Tenagaku bahkan pun jiwaku
Kepadamu rela kuberi

Jelaslah bahwa alasan saya untuk pulang ke Indonesia adalah logis jika dilihat dari alasan-alasan di atas. Setelah lebih 26 tahun berada di luar negeri, saya tidak pernah menyangka saya mendapatkan peluang untuk kembali ke Indonesia.

Meski ada kesedihan meninggalkan teman dan lingkungan yang telah lama saya tinggali, sebagai manusia merdeka, jangan pernah melekatkan diri pada suatu tempat, pekerjaan, atau orang lain. Lampirkan diri kita pada impian, visi, dan tujuan kita. Lampirkan diri kita pada hal-hal yang tidak dapat diambil orang lain dari kita.

4.0 Cerita perpindahan ke Indonesia

Saya merangkum cerita panjang di balik kepulangan saya ke Indonesia dengan kronologi di bawah ini. Saya bertekad untuk dapat menyumbangkan tenaga dan pikiran saya untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Semoga langkah ini mendapat ridho Allah SWT.

  • 6 – 7  Oktober 2015 | Sejarah kepulangan saya ke Indonesia dimulai ketika saya bertemu dengan Dr. Markus Diantoro, dosen di Universitas Negeri Malang (UM), ketika saya diundang sebagai keynote speaker di 2015 International Conference on Advanced Materials Science and Technology (ICAMST) yang diadakan di Semarang, Indonesia pada 6 – 7 Oktober 2015. Dr. Markus berbicara dengan saya ketika kami sarapan pagi di hotel. Beliau tertarik mendengar cerita saya mengenai bagaimana tata kelola universitas. Oleh karena itu, beliau berniat untuk mengundang saya untuk memberikan ceramah mengenai topik ini di Universitas Negeri Malang. Jadi, Dr. Markus adalah orang yang berjasa dan memainkan peranan penting untuk kepulangan saya ke Indonesia.
  • 18 Desember 2015 | Saya diundang oleh Universitas Negeri Malang (UM) pada 18 Desember 2015. Ceramah saya adalah tentang bagaimana strategi dan best practice untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian di UM. Rektor, wakil rektor, dekan, dan juga guru besar menghadiri kuliah saya.
  • 27 September 2016 | Saya diundang sebagai keynote speaker di 4th International Conference on Advanced Materials Science and Engineering (ICAMST) 2016 yang diadakan di Malang pada 27 September 2016.
  • 1 February 2017 | Saya diangkat sebagai adjunct professor di Universitas Negeri Malang mulai 1 Februari 2017. Saya adalah adjunct professor pertama di UM. Tugas saya sebagai Adjunct Professor adalah: (a) meningkatkan publikasi internasional UM dengan mencantumkan afiliasi UM pada karya yang bersangkutan; (b) memberi masukan dan arahan terhadap dokumen perencanaan pengembangan kelembagaan UM; (c) meningkatkan kualitas jurnal di UM; (d) meningkatkan jumlah dan kualitas kerjasama luar negeri; (e) meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian kerjasama.Pidato penganugerahan saya sebagai adjunct professor berjudul “Kearifan sebuah universitas” (yang dapat dibaca dalam format PDF).
  • 20 Maret 2019 | Berbagai inisiatif sedang dijalankan antara Universitas Negeri Malang dengan UTM dan beberapa universitas di Malaysia. Ini adalah sebahagian tugas saya yang telah dilantik sebagai adjunct professor di Universitas Negeri Malang (UM) dan juga penanggungjawab program Indonesia-Malaysia Research Consortium (I’MRC).Delegasi yang dari UM, Prof. Dr. Ah. Rofi’uddin (Rektor), Prof. Dr. Ibrahim Bafadal (Wakil Rektor IV), Dr. Markus Diantoro (Ketua LP2M), Prof. Heri Pratikto (Direktur Pusat Halal). Drs. Utomo Pujianto (Ketua Pemeringkatan Universitas) dan Dr. Evi Eiyanah (Direktur Hubungan Internasional) dan juga Dr. Djoko Hartanto (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) telah datang ke Kementerian Pendidikan Malaysia pada 20 Maret 2019 membicarakan matching grants proyek “Innovation in STEM Learning Media” antara UM, ITS dan beberapa universitas di Malaysia di bawah program Indonesia-Malaysia Research Consortium (I’MRC). Tanggal 21 Maret 2019, delegasi UM juga berkunjung ke UTM membicarakan kerjasama dalam bidang Halal. Waktu kunjungi inilah, Prof. Dr. Ah. Rofi’uddin berbicara kepada saya mengenai kemungkinan saya berpindah ke UM.
  • 24 Januari 2020 | Pada 24 Januari 2020, Dekan Fakulti Sains Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Prof. Dr. Abdull Rahim Mohd Yusoff dan Direktur Ibnu Sina Institute for Scientific and Industrial Reserach (ISI-SIR), Prof. Dr. Hadi Nur, mewakili UTM pada acara penandatanganan MoU antara UTM dan Universitas Negeri Malang (UM) di Universitas Negeri Malang (UM), Indonesia. Wakil dari UM adalah Prof. Dr. AH. Rofi’uddin (Rektor), Prof. Dr. Hadi Suwono (Dekan FMIPA), dan Dr. Evi Eliyanah (Direktur Hubungan Internasional). MoU ini merupakan legal standing untuk meningkatkan kerjasama antara UTM dan UM.
  • 12 December 2020 | Setelah perbicangan secara informal, saya diminta oleh UM untuk menulis kesediaan saya menjadi dosen di Universitas Negeri Malang (UM). Untuk mendukung permohonan, saya juga melampirkan laporan pertanggungjawaban saya sebagai adjunct professor (yang saya lampirkan di Google Drive).
  • 20 December 2020 | Saya mengirimkan semua persyaratan yang diminta oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kepada UM.
  • 1 Juni 2021 | Saya melengkapi data tambahan yang diminta oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Surat ini dikirimkan oleh kementerian kepada rektor UM.
  • 1 Juli 2021 | Walaupun dokumen tambahan telah dikirim ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pengajuan pengusulan perpindahan saya ke UM perlu persetujuan dari senat UM yang mengadakan rapat senat pada 1 Juli 2021.
  • 9 Desember 2021 | Saya menerima keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia nomor 80896/MPK.A/KP.05.01/2021 yang ditandatangani oleh Nadiem Anwar Makarim tentang penyetaraan jabatan akademik dosen.
  • 15 Desember 2021 | Saya mengirimkan surat pengunduran diri sebagai profesor di UTM.
  • 4 Januari 2022 | Saya menghadiri rapat pertama sebagai staf di Jurusan Kimia, Universitas Negeri Malang (UM).
  • 16 Januari 2022 | Saya sudah menetapkan Sasaran Kerja Tahunan (SKP) pada tahun 2022. Semester ini saya mengajar empat mata kuliah secara dalam jaringan (online) di Jurusan Kimia dan Fisika.
  • 24 Januari 2022 | Saya mulai mengajar di Universitas Negeri Malang dan mengampu empat mata kuliah, yaitu Fisika Material, Nanomaterial, Proses Industri Kimia dan Metodologi Penelitian, dan menjadi tim dosen untuk Seminar Kimia. Masa perkuliahan adalah dari 24 Januari sampai 20 Mei 2022.
  • 2 Juni 2022 | Saya pulang ke tanah air setelah 26 tahun dan 6 bulan meninggalkan Indonesia. Mudah-mudahan kepulangan saya hari ini dengan menggunakan penerbangan AirAsia dari Johor Bahru ke Surabaya membawa kebaikan dan berkah.

5.0 Kesimpulan

“Bukan kita yang hebat, tetapi karena Allah memudahkan urusan kita.”