Ayo, mari berbicara sejenak tentang bagaimana kita melihat dunia saat ini. Di era modern yang dipenuhi perangkat canggih dan barang-barang mewah, terkadang kita lupa apa yang sebenarnya penting.
Cobalah bayangkan, orang yang memiliki mobil listrik Tesla sering dianggap lebih hebat daripada yang memiliki mobil biasa saja. Namun, sejatinya, keduanya memiliki fungsi yang sama, yaitu membawa kita ke mana-mana. Emas mungkin terlihat mengkilap dan mahal, tetapi batu juga memiliki keindahannya sendiri. Rumah mewah mungkin terlihat istimewa, tetapi rumah sederhana pun bisa menjadi tempat yang hangat dan menyenangkan.
Demikian pula dengan orang yang berpakaian mewah atau sederhana. Baju yang mahal tidak berarti orangnya lebih baik, bukan? Intinya, kita sering kali hanya menilai dari penampilan luar tanpa menggali lebih dalam apa artinya.
Sama halnya dengan cara kita menilai prestasi akademik. Jika kita hanya menghargai orang dengan melihat angka-angka seperti sitasi, h-index, dan jumlah publikasi, ini sama saja kita hanya melihat angka tanpa melihat apa kontribusi sebenarnya dalam ilmu pengetahuan. Ini mirip dengan cara kita menilai materialisme: tertipu oleh angka dan penampilan, tanpa mengerti makna dan dampak nyata.
Memahami bahwa setiap individu memiliki kontribusi yang unik dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan, dan tidak semata-mata dinilai dari aspek material atau angka-angka prestasi, adalah esensi humanisme. Ini adalah cara kita menyadari bahwa segala yang ada di dunia ini memiliki nilai dan makna yang tidak selalu harus diukur dengan standar material atau prestasi akademik.
Kita perlu lebih empati dan manusiawi dalam pandangan kita, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Ilmu itu penting, tetapi bukan berarti kita boleh meremehkan orang lain yang mungkin kurang beruntung dalam pendidikan. Semua orang sama, semua memiliki nilai yang sama sebagai manusia.
Intinya, di tengah segala kemewahan dan tekanan untuk mencapai prestasi, kita perlu mengingat apa yang benar-benar penting dalam hidup. Bukan hanya soal barang mewah atau status akademik, tetapi lebih tentang cara kita melihat dan menghargai satu sama lain. Jangan sampai kita terjebak dalam penilaian yang dangkal. Kita harus lebih bijaksana dalam melihat dunia, mari mulai sekarang!
Dengan penyusunan ulang ini, saya berusaha menjelaskan bagaimana materialisme, humanisme, dan prestasi akademik saling terkait. Materialisme dan fokus berlebihan pada angka-angka prestasi akademik dapat menghalangi kita dari melihat nilai sebenarnya dari individu dan kontribusi mereka, sedangkan pendekatan yang lebih humanis membantu kita menghargai lebih banyak aspek manusia.