Istiqomah di kota Konsistensia

Di sebuah kota yang bernama “Konsistensia,” hiduplah seorang pria tua bernama “Istiqomah.” Kota ini bukanlah kota biasa; ia adalah metafora dari kehidupan manusia, di mana setiap jalan dan gangnya adalah pilihan dan keputusan yang harus diambil. Istiqomah adalah seorang penjaga lampu jalan. Tugasnya sederhana namun vital: menyalakan lampu-lampu di sepanjang jalan kebenaran dan memadamkannya saat fajar menyingsing.

Istiqomah memiliki tiga tongkat ajaib: “Optimal,” “Moderat,” dan “Ilmu.” Dengan tongkat “Optimal,” ia menyalakan lampu dengan cahaya yang terang, namun tidak menyilaukan. Dengan tongkat “Moderat,” ia menyesuaikan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan. Dan dengan tongkat “Ilmu,” ia selalu tahu kapan harus menyalakan dan memadamkan lampu.

Namun, Istiqomah tahu bahwa tongkat-tongkatnya tidak akan berfungsi tanpa bantuan dari “Taqwim,” sang pembersih jalan, dan “Iqomah,” sang penegak kebenaran. Mereka adalah teman-teman lamanya, yang selalu membantunya menjaga kota Konsistensia tetap aman dan terang.

Suatu hari, Istiqomah mendengar kabar tentang kehadiran seorang filsuf yang mengajarkan tentang jenis-jenis Istiqomah yang lebih dalam: Istiqomah dalam perkataan, jiwa, dan hati. Istiqomah merenung, menyadari bahwa tugasnya tidak hanya sebatas menyalakan lampu jalan fisik, tetapi juga menyalakan lampu dalam jiwa dan hati setiap penduduk Konsistensia.

Dengan bantuan “Pembiasaan,” “Perencanaan,” dan “Strategi,” tiga elemen kunci dari ajaran sang filsuf, Istiqomah mulai mengubah cara ia menjalankan tugasnya. Ia tidak lagi hanya fokus pada lampu-lampu di jalan, tetapi juga pada lampu-lampu yang ada di dalam setiap rumah, di dalam setiap jiwa.

Dan begitulah, di bawah cahaya lampu-lampu yang lebih terang dan jiwa-jiwa yang lebih bersinar, kota Konsistensia menjadi lebih indah dan aman. Istiqomah, dengan tongkat dan ajaran barunya, berjalan menyusuri jalan-jalan kota, menyalakan lampu dan hati, satu demi satu, dengan penuh Istiqomah.

Akhirnya, Istiqomah mengerti bahwa konsistensi bukan hanya soal menyalakan lampu di jalan-jalan fisik, tetapi juga menyalakan lampu dalam jiwa dan hati, agar setiap individu dapat menemukan jalan mereka sendiri dalam kegelapan dunia.