Keragaman pemahaman: Keangkuhan dan kebijaksanaan

Seringkali kita mendapati kesombongan manusia, yang percaya dirinya memahami kebenaran dalam segala bentuk kemurniannya. Keangkuhan untuk percaya bahwa seseorang memegang kunci absolut atas pemahaman akan sesuatu—baik itu dalam ranah ilmu pengetahuan, agama, atau filsafat.

Seorang bijak, yang pelbagai ilmu meresap darahnya, yang mendedikasikan hidupnya menelisik ruang dan waktu, akan mengakui satu hal: keberagaman. Ia bukanlah semata-mata tahu, tapi ia memahami. Baginya, setiap faset kehidupan, sebagaimana gemerlap batu permata, memiliki beragam sisi dan refleksi.

Begitulah dalam pertautan kita dengan Yang Maha Kuasa. Bagi beberapa, kemuliaan berada dalam kelembutan, kesederhanaan, dan toleransi. Namun, pada sisi lain, ada juga yang memilih jalur keagungan dengan cara yang berbeda; seringkali ekstrem. Tetapi, apakah kita lupa? Bahwa dalam suatu agama, suatu pendekatan hanyalah salah satu pintu. Ada pintu-pintu lain yang mengajarkan kita untuk mendekatkan diri dengan cinta, bukan sekadar norma.

Dan apa yang terjadi jika kita melangkah ke dunia ilmu pengetahuan? Seorang ilmuwan memberi kita gambaran bahwa antara sains dan agama, ada wilayah-wilayah tersendiri yang tidak bertabrakan. Sehingga, mengapa kita mesti menempatkan seorang tokoh di atas takhta tunggal ilmu pengetahuan? Bukankah banyak juga saintis yang menemukan kedamaian dalam memadukan sains dengan iman?

Arogansi dalam mereduksi sebuah pemahaman, apakah itu sains atau agama, hingga menjadi satu dimensi adalah kesalahan kita sebagai manusia. Kita sering lupa bahwa setiap pengetahuan memiliki kedalamannya sendiri; sebagaimana lautan yang tenang di permukaan, namun penuh misteri di kedalamannya.

Sebagai makhluk yang berpikir, adalah hak kita untuk memahami dan mempertanyakan. Namun, dengan bertambahnya pengetahuan, semestinya tumbuh pula rasa rendah hati dan kesadaran akan keragaman pendekatan. Seperti yang dikatakan oleh para filsuf, belajarlah untuk membuka wawasan, bukan hanya mata. Dan dalam setiap langkah pemahaman, jangan lupa untuk memperlakukan sesama dengan kelembutan dan empati.