Hening. Itulah yang saya rasakan ketika mata ini menatap sebuah pengakuan: “World’s Top 2% Scientists”. Tiga tahun, sebuah rentang waktu yang cukup untuk mengukir prestasi, namun juga cukup untuk merenungkan makna di baliknya.
Saya teringat sebuah kalimat yang tertulis dalam data yang saya baca dari website Elsevier, “Calculations were performed using all Scopus author profiles as of October 1, 2023. If an author is not on the list it is simply because the composite indicator value was not high enough to appear on the list. It does not mean that the author does not do good work”. Kalimat terakhir itu, bagaikan angin dingin Kota Malang yang berhembus ketika mengendarai sepeda motor, mengingatkan kita bahwa angka dan perhitungan, meski telah diolah dengan metode yang canggih, tidak selalu mencerminkan realitas yang ada di lapangan.
Kenapa? Karena saya, Anda, kita semua tahu bahwa di balik angka-angka itu, ada kisah-kisah yang tidak terhitung, ada perjuangan-perjuangan yang tidak tercatat, dan ada prestasi-prestasi yang tidak terlihat. Saya tahu, karena saya ada di lapangan, menyaksikan bagaimana orang-orang dan institusi bermain dengan angka-angka, menciptakan prestasi yang semu.
Tiga tahun berturut-turut, saya tercatat dalam “World’s Top 2% Scientists”, sebuah pengakuan yang disusun oleh Prof. John P.A. Ioannidis dan timnya di Stanford University berdasarkan data Elsevier. Database ini mencatat ilmuwan dengan sitiran tertinggi, memberikan informasi standar mengenai sitiran, indeks-h, hm-indeks yang disesuaikan dengan ko-penulisan, sitiran pada karya dengan posisi penulis yang berbeda, dan indikator kombinasi (c-score). Saya, untuk tiga tahun itu, berada dalam 2% ilmuwan paling top di dunia, baik dalam kategori “Career-Long Achievement” maupun “Single Year Achievement”.
Namun, apa sebenarnya makna dari semua ini? Apakah ini sekadar sebuah pengakuan atas karya-karya yang telah saya tulis? Ataukah ini sebuah pengingat bahwa di balik setiap angka dan data, ada kisah, ada perjuangan, dan ada makna yang lebih dalam yang tidak selalu dapat diukur dan dihitung?
Saya percaya, bahwa setiap ilmuwan, peneliti, dan akademisi yang berada di luar daftar tersebut, memiliki kisahnya sendiri, memiliki perjuangan dan kontribusi yang sama pentingnya, meski mungkin tidak terlihat dalam angka dan data. Karena itu, mari kita renungkan bersama, bahwa pengakuan ini bukanlah tujuan, melainkan sebuah perjalanan, sebuah proses dalam mencari makna dari setiap karya dan kontribusi kita.
Ya Allah, ampunilah saya.