Berita dan tertawa sendiri: Sebuah refleksi

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang dipenuhi oleh berita-berita yang bagai angin puting beliung, mengguncang dan memporak-porandakan, kita berdiri sebagai saksi atas sebuah panggung yang seringkali melupakan syair-syair kecil tentang kebaikan dan kecerdasan. Di sini, di antara riuhnya narasi yang sensasional, tersembunyi sebuah tantangan: bagaimana kita, para akademisi, dapat mengalihkan sorotan pada kisah-kisah yang membangun, yang penuh dengan integritas dan pencapaian akademis?

Pertama, kita berhadapan dengan selektivitas media, sebuah panggung yang lebih memilih drama daripada dialog. Media, bagai sutradara yang piawai, seringkali mengarahkan lampu sorotnya pada adegan-adegan yang menggelegar, meninggalkan adegan-adegan yang sarat dengan substansi dan dampak positif dalam kegelapan. Ini adalah sebuah ironi, di mana kisah-kisah tentang kerja keras dan kejujuran di dunia akademis terlupakan, tertinggal di balik tabir berita yang lebih menggemparkan atau skandal.

Kedua, ada kecenderungan media untuk membesar-besarkan cerita yang sensasional, menciptakan sebuah dunia yang tidak seimbang, di mana realitas sehari-hari terdistorsi. Seperti layaknya sebuah lukisan yang hanya menonjolkan warna-warna terang, liputan media yang berlebihan terhadap tragedi tertentu, sementara mengabaikan yang lain, adalah sebuah pilihan yang mengubah cara kita melihat dunia.

Ketiga, kita, para akademisi, jangan terlalu larut dalam kekecewaan atau reaksi berlebihan terhadap liputan media yang sering kali tidak adil. Sebagai gantinya, kita perlu mengambil sikap yang lebih ringan, mungkin dengan tertawa pada diri sendiri. Ini bukanlah tanda kekalahan, melainkan sebuah cara elegan untuk menghadapi frustrasi yang muncul dari cara media melukiskan dunia akademis.

Ya, ini bagai cermin yang menunjukkan wajah kita sendiri, mengajak kita untuk mempertanyakan bagaimana media memilih dan meliput cerita, terutama dalam konteks akademis. Ini adalah sebuah tantangan bagi kita untuk menemukan cara baru dan kreatif dalam menarik perhatian pada pencapaian dan aspek positif dari dunia akademis, sebuah dunia yang seringkali tersembunyi di balik tabir berita yang lebih mencolok. Di sini, di antara riuhnya dunia, kita diajak untuk menemukan keindahan dalam kesederhanaan, dan kekuatan dalam kebenaran.