Pengadil netral di lapangan demokrasi

Pemilihan Ketua RT lagi! Itu waktu lagi ketika kita semua menjadi pakar politik dadakan, bukan? Tapi, ada satu hal yang sering terlupakan di tengah riuhnya debat kopi darat maupun dunia maya: kenetralan pengadil. Ya, kenetralan. Kata yang bagi sebagian orang mungkin terdengar se-segar es teh di hari yang terik, tapi bagi yang lain, bisa jadi se-panas diskusi tentang siapa yang harus menang.

Mari kita bicara soal kenetralan dalam pemilihan Ketua RT dengan santai saja. Bayangkan jika pengadil tiba-tiba memakai jersey salah satu tim dan mulai ikut menendang bola. Lucu, kan? Dunia persilatan bisa berubah menjadi pertandingan sepak bola yang kacau balau.

Dari sudut pandang liberalisme klasik, kita semua setuju bahwa kebebasan memilih itu sakral. Seperti memilih antara kopi atau teh di pagi hari, setiap orang harus bebas memilih tanpa ada yang ngomel-ngomel di telinga. Kenetralan pengadil di sini seperti teman yang baik yang tidak memaksakan pilihannya, apakah kamu tim kopi atau tim teh.

Lalu, ada demokrasi deliberatif yang mengajarkan kita pentingnya diskusi. Bayangkan jika diskusi tentang film terbaru di grup chat tiba-tiba disusupi oleh spoiler. Itulah mengapa kenetralan itu penting, agar diskusi kita tetap sehat dan semua orang bisa berpartisipasi tanpa takut ada yang curang.

John Rawls, dengan teorinya yang elegan, mengingatkan kita bahwa dalam memilih, kita seharusnya seperti memilih tanpa tahu kita akan jadi siapa di masyarakat. Ini seperti memilih menu di restoran tanpa tahu apa yang akan kita rasakan. Pengadil yang netral memberikan kita kesempatan untuk memilih berdasarkan apa yang kita percayai, bukan karena dia bilang “menu ini yang terbaik”.

Dari Immanuel Kant, kita belajar tentang bertindak berdasarkan prinsip yang bisa diterima oleh semua. Ini seperti memutuskan untuk tidak spoiler film itu tadi ke teman-teman, karena kita tahu itu akan merusak pengalaman mereka. Kenetralan pengadil adalah tentang menjaga agar keputusan kita bersifat adil dan bisa diterima oleh semua, tanpa memihak.

Dan terakhir, demokrasi partisipatif mengajarkan kita tentang pentingnya semua suara didengar. Ini seperti ketika kita mengadakan voting tempat hangout berikutnya, dan setiap suara dihitung sama. Pengadil yang netral itu seperti admin grup chat yang baik hati, memastikan semua pendapat didengar dan dihargai.

Jadi, kenetralan pengadil itu penting, teman-teman. Ini bukan hanya soal adil atau tidak adil, tapi tentang memastikan bahwa pemilihan Ketua RT kita ini berjalan dengan semarak, tanpa ada yang merasa dicurangi. Seperti menikmati secangkir kopi atau teh di pagi hari, pemilihan Ketua RT harusnya bisa kita nikmati bersama, tanpa ada rasa pahit yang tertinggal. Cheers!