Kisah C. N. R. Rao

Kita sekarang membahas tentang seorang ilmuwan yang kehidupan pribadinya cukup simpel. Ada seorang ilmuwan yang sangat terkenal dan hebat, tetap saja menimbulkan kontroversi. Ilmuwan terkenal itu bernama C. N. R. Rao. Kisahnya dapat dibaca di Wikipedia. Yang menarik dari Rao adalah dia takut dengan teknologi (technophobia). Bayangkan saja, dia tidak pernah mengecek emailnya sendiri dan hanya menggunakan ponselnya untuk menelepon istrinya.

Tapi, di balik kehidupan pribadinya yang luar biasa, karir Rao ternyata tidak semulus itu. Di tahun 1987, dia dan timnya pernah membuat heboh karena mempublikasikan empat paper, tapi tiga di antaranya dituduh tidak mencantumkan tanggal penerimaan manuskrip, yang seharusnya wajib hukumnya. Ternyata setelah diselidiki, manuskrip-manuskrip itu diterima setelah tanggal publikasi, alias sepertinya ada yang diutak-atik tanggalnya. Akhirnya, mereka kena cap “Menggunakan cara salah membuat klaim prioritas.”

Belum selesai sampai di situ, Rao juga pernah kena tuduh plagiarisme. Pada tahun 2011, Rao dan timnya di Indian Institute of Science di Bangalore, termasuk dua mahasiswanya, mempublikasikan paper tentang detektor fotoinfra merah yang berbasis pada graphene. Tapi, setelah diterbitkan, editor jurnal menemukan beberapa kalimat yang diambil persis dari paper lain yang terbit tahun sebelumnya. Ini membuat gempar. Rao mengatakan bahwa dia membaca manuskripnya, tapi fokusnya lebih kepada hasil dan diskusi. Mereka akhirnya minta maaf.

Yang tambah membuat seru, beberapa ilmuwan lain mengatakan bahwa bagian yang di-plagiat itu tidak berpengaruh ke temuan mereka. Tapi, cara Rao dan timnya menanggapi berita membuat beberapa orang mengangkat alis. Mereka malah menyalahkan mahasiswa yang menulis bagian itu, dan Rao mengatakan, “Ini seharusnya tidak dianggap plagiat, cuma menyontek beberapa kalimat saja.” Dia juga sempat menyalahkan salah satu anggota timnya, mengatakan bahwa dia tidak tahu menahu soal itu.

Dan ternyata, bukan cuma itu saja kasusnya. Ada lagi tuduhan plagiat di beberapa artikel lain yang dia co-author. Bahkan, ada yang sampai menyontek gambar dari studi lain. Rao sempet berkata, “Kalau saya pernah mencuri ide atau hasil penelitian seumur hidup, gantung saya.”

Yang paling luar biasa, Rao pernah menerima Bharat Ratna, penghargaan sipil tertinggi dari pemerintah India, meskipun ada kontroversi plagiat ini. Bahkan, sempat ada yang mengajukan ke pengadilan buat cabut penghargaannya karena kasus plagiat, tapi pengadilan bilang itu cuma cari sensasi. Dan, di satu kesempatan, Rao sempat sebut politisi India “idiot” karena menurut dia mereka kurang dukung pendanaan riset. Walaupun belakangan dia mengatakan itu adalah cuma ungkapan frustrasi karena kurangnya investasi di bidang sains.

Jadi, bisa dikatakan, meskipun seseorang itu sudah berkontribusi besar di dunia ilmu pengetahuan, tetap saja ada celah-celah yang bisa membuat kontroversi. sepertinya, di dunia ini tidak ada yang sempurna, termasuk para ilmuwan kita.