Menguji kewibawaan akademik melalui ujian disertasi: Refleksi dan praktik terbaik

Sebagai seorang profesor yang telah banyak terlibat dalam ujian disertasi doktor, saya merasa terdorong untuk berbagi pemikiran mengenai signifikansi ujian ini dalam menguji kewibawaan seorang penguji. Lebih dari sekadar menilai disertasi, ujian ini adalah arena di mana kemampuan dan kredibilitas penguji ditempatkan di bawah sorotan. Pengalaman saya sebagai Profesor di Universitas Negeri Malang (UM) dari tahun 2022 dan Universiti Teknologi Malaysia (UTM) selama 12 tahun, serta peran saya dalam mengevaluasi dan memimpin berbagai penelitian, menunjukkan betapa kritisnya peran ini untuk memastikan integritas akademik dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Dari perspektif ini, ujian disertasi tidak hanya merupakan evaluasi dari kandidat saja tetapi juga ujian untuk penguji itu sendiri. Sebagai penguji, kita harus dapat menunjukkan pemahaman mendalam tentang materi yang diuji dan memberikan penilaian yang adil serta konstruktif. Kredibilitas dan integritas kita sebagai penguji sangat berpengaruh terhadap kualitas akademik dan standar ilmiah yang kita wakili. Dengan demikian, melalui proses ujian ini, kita tidak hanya menilai pengetahuan kandidat tetapi juga memperkuat reputasi dan standar akademik universitas serta kontribusi kita terhadap komunitas ilmiah lebih luas.

[1] Sikap dan profesionalisme penguji: Penguji menunjukkan sikap dan profesionalismenya dengan berkomunikasi dengan sopan dan hormat kepada mahasiswa, menghargai ide dan pandangan mahasiswa, menjaga ujian tetap fokus dan konstruktif, serta menghindari komentar yang bersifat pribadi atau diskriminatif. Sebagai ilustrasi, penguji memastikan bahwa setiap pertanyaan diajukan dengan cara yang menghormati usaha penelitian mahasiswa, sehingga tidak menimbulkan perasaan malu atau tertekan pada mereka.

[2] Kemampuan dan pengetahuan penguji: Dalam dunia akademis yang penuh tantangan, peran penguji bukan hanya sebagai penilai, tetapi juga sebagai mentor yang membimbing mahasiswa melalui kompleksitas pengetahuan. Penguji yang efektif menunjukkan keahlian mendalam dan kemampuan analitis yang tajam dengan memberikan umpan balik yang berharga—saran yang membangun serta kritik yang konstruktif. Kekuatan mereka terletak pada kemampuan untuk menguraikan metodologi penelitian, mengidentifikasi celah dalam argumen atau eksperimen, dan menawarkan alternatif yang dapat meningkatkan kualitas dan keakuratan hasil penelitian. Misalnya, dalam sebuah sesi pembelaan tesis, seorang penguji mungkin menyarankan penggunaan model statistik yang lebih robust untuk meningkatkan validitas temuan penelitian. Penguji tersebut juga mampu membandingkan pekerjaan mahasiswa dengan literatur terkini, mengintegrasikan penelitian tersebut dalam konteks yang lebih luas, dan menambahkan perspektif baru yang memperkaya diskusi akademis. Dengan demikian, penguji tidak hanya mengevaluasi pengetahuan yang ada, tetapi juga mendorong penciptaan pengetahuan baru.

[3] Keterbukaan dan kemampuan berpikir kritis: Penguji tersebut tidak hanya membawa ruang untuk dialog yang mendalam, tetapi juga menonjolkan keterbukaan intelektual dan ketajaman berpikir kritisnya. Dia dengan terampil menyelami berbagai perspektif, mengurai asumsi yang tersembunyi, serta melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang mendalam terhadap metodologi penelitian. Lebih jauh, ia menawarkan solusi alternatif yang cerdas, yang menggali kemungkinan-kemungkinan baru yang belum terpikirkan. Sebagai contoh nyata dari kemampuan ini, dia berani menantang fondasi dasar dari model penelitian yang ada dan mengusulkan pendekatan baru yang mempertimbangkan variabel-variabel yang belum diperhitungkan, membuka jalan bagi penemuan dan pemahaman baru.

[4] Kedalaman pengetahuan dan kemampuan riset: Penguji tidak hanya menguasai nuansa detail, tetapi juga menunjukkan pemahaman luas tentang konteks keseluruhan penelitian. Hal ini terbukti dari kemampuannya untuk mengarahkan pembahasan menuju penemuan yang independen dan signifikan, serta kemampuan untuk memberikan kontribusi orisinal dalam bidangnya. Sebagai contoh, penguji memberikan referensi literatur terkini yang belum pernah dikenal oleh mahasiswa sebelumnya, memberikan dorongan dan arahan baru dalam eksplorasi penelitian yang lebih mendalam.

[5] Dedikasi dan ketelitian penguji: Penguji menunjukkan dedikasi dan ketelitian mereka dalam menelaah karya ilmiah dengan cara yang mendalam. Mereka tidak hanya mengajukan pertanyaan yang tajam dan spesifik mengenai isi disertasi, tetapi juga mengidentifikasi detail-detail kecil yang mungkin luput dari perhatian mahasiswa. Hal ini menunjukkan pemahaman mereka yang komprehensif terhadap metodologi penelitian yang digunakan. Lebih dari itu, mereka mempersiapkan diri secara intensif dengan membaca disertasi secara menyeluruh serta mencatat poin-poin penting yang perlu dibahas. Sebagai contoh nyata dari ketelitian mereka, penguji mendiskusikan bagian yang sangat spesifik dari metodologi yang digunakan dan memberikan saran perbaikan yang berdasarkan pada studi kasus serupa, menunjukkan dedikasi mereka untuk memastikan keakuratan dan relevansi penelitian yang disajikan.

[6] Pengalaman praktis penguji: Penguji menunjukkan pengalaman praktisnya dengan menghubungkan teori dengan praktek lapangan, memberikan contoh nyata dari pengalamannya sendiri yang relevan dengan topik penelitian, dan memberikan saran tentang bagaimana temuan penelitian dapat diterapkan di dunia nyata. Sebagai ilustrasi, penguji menjelaskan tentang proyek yang pernah mereka tangani, yang mengadopsi prinsip serupa dengan yang diusulkan dalam disertasi. Mereka memaparkan tentang tantangan yang dihadapi selama proyek tersebut dan strategi yang mereka gunakan untuk mengatasi masalah tersebut.

[7] Persiapan dan keterampilan riset penguji: Penguji menunjukkan persiapan dan keterampilan risetnya dengan memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang disertasi, termasuk sumber dan referensi yang digunakan, mampu melakukan riset tambahan untuk memverifikasi informasi dalam disertasi, serta menilai keakuratan dan kredibilitas temuan penelitian. Dalam satu kesempatan, penguji secara proaktif menyebutkan beberapa studi tambahan yang belum tercatat dalam daftar pustaka mahasiswa. Beliau menyarankan agar studi-studi tersebut dipertimbangkan dalam revisi disertasi untuk memperkuat argumen atau metodologi yang diusulkan.

[8] Kepentingan kewibawaan penguji: Dalam dunia akademis, kewibawaan penguji tidak hanya sekedar simbol status, melainkan fondasi yang kritikal dalam menentukan integritas dan keadilan proses pendidikan. Seorang penguji yang memiliki kewibawaan tinggi tidak hanya menambah nilai kepercayaan mahasiswa terhadap proses ujian, tetapi juga secara signifikan meningkatkan kualitas penilaian disertasi. Hal ini, pada gilirannya, membentuk reputasi penguji dan membuka lebih banyak peluang ke depan, baik dalam konteks akademik maupun profesional. Lebih dari itu, kewibawaan seorang penguji berkontribusi langsung terhadap citra program studi serta institusi pendidikan yang diwakilinya. Kewibawaan ini, jika dipandang dari lensa yang lebih luas, bukan hanya mengukur kemampuan individu dalam menilai karya ilmiah, tetapi juga merupakan cerminan dari nilai-nilai etis dan komitmen terhadap keilmuan yang dijunjung tinggi oleh lembaga tersebut. Dengan demikian, kehadiran penguji yang kredibel dan dihormati menjadi kunci utama dalam memastikan bahwa standar akademis yang tinggi terus menerus dijaga dan dikembangkan.

Perspektif dan refleksi

Ujian disertasi, sebuah ritual akademik yang kritis, melampaui sekadar menilai kelayakan penelitian; ia merupakan medan di mana kewibawaan seorang penguji akademik itu sendiri turut diuji. Landasan filosofis di balik proses ini mengandaikan bahwa dedikasi, pengetahuan, profesionalisme, dan kemampuan berpikir kritis yang ditunjukkan oleh penguji bukan hanya mempengaruhi hasil ujian, tetapi juga menciptakan kepercayaan dan pengakuan dari komunitas akademik yang lebih luas. Ini, pada gilirannya, membuka jalan bagi peluang baru dalam bidang pendidikan dan penelitian.

Seorang penguji dalam ujian disertasi bukan hanya bertugas sebagai evaluator yang kritis, tetapi juga sebagai mentor yang memberi inspirasi. Kehadiran mereka yang berwibawa dan memotivasi tidak hanya membimbing mahasiswa untuk menavigasi kompleksitas penelitian mereka, tetapi juga untuk mencapai potensi terbaik yang dapat mereka capai. Dalam hal ini, penguji yang efektif ialah mereka yang bisa mengangkat standar penelitian dengan memberikan wawasan yang mendalam dan membuka pikiran mahasiswa terhadap kemungkinan-kemungkinan baru dalam penelitian mereka.

Melalui refleksi ini, menjadi jelas bahwa proses ujian disertasi adalah lebih dari sekedar evaluasi; itu adalah sebuah peluang untuk memperdalam kualitas interaksi akademis dan pengembangan intelektual. Dengan demikian, seorang penguji harus berupaya untuk tidak hanya mempertahankan keakuratan ilmiah dan integritas akademis, tetapi juga untuk memfasilitasi pertumbuhan intelektual dan profesional mahasiswa. Penguji yang mampu melakukan hal ini akan secara signifikan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi dan berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan.