Kekaguman

“Jangan kagum dengan uang, pengikut, gelar dan pangkat. Kagumlah kepada kebaikan, integritas, kerendahan hati, dan kemurahan hati.”

Richard Feynman

Zaman sekarang ini, kita sering terjebak dalam glamor Instagram dan kilau TikTok, ya? Semua orang sibuk pamer saldo rekening, followers yang segudang, atau gelar yang panjangnya bisa buat start line marathon. Tapi, coba kita renungkan sejenak sambil ngopi di warung kopi favorit kita (yang penting ada Wi-Fi gratis, tentunya).

Ada satu hal yang sering terlupakan di tengah hiruk-pikuk dunia yang serba digital ini: kebaikan, integritas, kerendahan hati, dan kemurahan hati. Sepertinya ini bukan hal baru. Dari zaman nenek moyang kita dulu, nilai-nilai ini sudah jadi bintang utama. Cuma, mungkin karena tidak se-seksi Bitcoin atau viral di media sosial, jadi kita agak lupa.

Gak perlu jauh-jauh, ingat ajaran nenek kita dulu, “Uang bisa dicari, gelar bisa dikejar, tapi hati yang mulia? Itu mahal, Nak!” Nah, itu dia. Di era yang serba cepat ini, kita mungkin lupa bahwa apa yang membuat kita ‘kaya’ sebenarnya bukan berapa banyak nol di rekening bank, tapi seberapa dalam kita bisa berempati dan berbagi dengan sesama.

Jadi, sambil kita scroll Instagram atau update status WhatsApp, mungkin bisa mulai berpikir, “Hari ini sudah berbuat baik belum?” atau “Sudahkah kita membuat orang lain tersenyum hari ini?” Bukannya mau menggurui, sih. Tapi, bayangin aja, dunia ini pasti akan jadi tempat yang lebih asyik kalau kita semua lebih menghargai kebaikan daripada kekayaan. Plus, kebaikan itu viralnya abadi, gak kayak story yang cuma 24 jam.

So, mari kita mulai dari hal-hal kecil. Sebarkan kebaikan, tunjukkan integritas dalam setiap tindakan, jaga kerendahan hati meski prestasi udah setinggi langit, dan jangan pelit untuk berbagi. Siapa tahu, dengan cara itu, kita bisa jadi influencer yang sebenarnya, influencer kebaikan. Merdeka!