Metrik untuk mendefinisikan prestasi

Seringkali kita sukar mendefinisikan prestasi karena ada yang beranggapan kesuksesan subjektif sifatnya. Walaubagaimanapun, kita perlu menilai prestasi dengan menggunakan metrik dan pengukuran. Matematika sebagai studi tentang besaran, ruang, struktur, dan perubahan menjadi sangat kompleks dan rumit sehingga kebanyakan orang tidak menyukainya. Seringkali kesuksesan dalam kehidupan dipresentasikan dengan metrik dan angka. Contoh yang paling mudah adalah kekayaan dimana kepemilikan harta dan uang lebih mudah dihitung.

“Jika kita ingin mendefinisikan prestasi dan benar-benar mengukurnya, kita memerlukan metrik.”

Walaubagaimanapun, matematika yang cukup kompleks seringkali digunakan untuk mengukur kesuksesan. Sebagai contoh adalah metrik yang digunakan untuk mengukur kualitas sebuah jurnal. Saya pernah terlibat dalam perdebatan dalam pengukuran kualitas sebuah jurnal. Perdebatan ini terjadi karena berhubungan dengan insentif (uang) yang diberikan universitas kepada dosen dari publikasi berdasarkan metrik. Universitas menetapkan insentif berdasarkan metrik CiteScore, dan ada dosen yang merasa dirugikan karena mendapatkan insentif yang lebih rendah karena menurut metrik SCImago Journal Rank (SJR), jurnal tersebut menduduki peringkat yang lebih baik. Jadi ukuran metrik yang digunakan berbeda.

Di bawah ini adalah cara perhitungan metrik SCImago Journal Rank (SJR) yang cukup kompleks karena mempertimbangkan lebih banyak parameter dibandingkan CiteScore.

Dari pengalaman ini, kita perlu berhati-hati dalam menggunakan metrik. Perlu pemahaman yang komplit dalam melihat metrik yang digunakan.

Bijaksana dalam melihat metrik dan pengukuran

Mau tidak mau kita masih perlu melihat apa yang kita dapatkan dari angka dan pengukuran. Kita mungkin kehilangan pemahaman yang dalam tentang makna kehidupan karena ditutupi oleh angka, namun itulah kenyataannya, kita tidak dapat dapat lari dari metrik dan pengukuran dalam kehidupan modern sekarang ini.

Walaubagaimanapun, kita perlu menghindari metrik yang menipu dan palsu. Di bawah ini ada beberapa contoh yang menggambarkan bahwa metrik bisa jadi tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

  • Kita kelihatan kaya, namun sebenarnya tidak kaya karena banyak hutang.
  • Senyuman kita dalam foto adalah betul-betul mencerminkan kebahagiaan, bukan berpura-pura.
  • Kita terlihat hebat dan pintar dengan analisis bibliometrik, namun sebenarnya tidak pintar.

Walaupun kita tidak dapat menghindari pengukuran prestasi dengan metrik, namun kita perlu sadar bahwa metrik bukanlah segalanya. Sadar atau tidak sadar, kita hidup dalam era masyarakat pamer (the show off era). Di era ini, banyak orang berusaha memamerkan prestasi di bidangnya masing-masing untuk tujuan prestise dan juga mendapatkan keuntungan ekonomi.

Ada dua jenis prestasi; prestasi sejati (genuine achievement) dan prestasi semu (pseudo achievement). Terkadang, kita salah menilai prestasi seseorang atau institusi. Prestasi semu biasanya dilakukan dengan manipulasi metrik dan menonjolkan hal-hal kecil menjadi besar, sehingga terlihat hebat. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencapainya. Hanya dengan cara bijak kita bisa menilai apakah prestasi itu merupakan prestasi sejati (genuine achievement) dan prestasi semu (pseudo achievement).