Kyai cerdas dari Rembang, intelektualitas dan kesederhanaan

Terinspirasi oleh kesederhanaan rumah seorang ulama yang sangat cerdas dari Rembang, Jawa Tengah, yang berbanding terbalik dengan pondok pesantrennya yang saya lihat di YouTube, kita perlu mengkaji lebih jauh pentingnya nilai-nilai kesederhanaan dan intelektualitas dalam masyarakat kita saat ini. Lihatlah era modern ini, yang sering kali diwarnai oleh semangat konsumtivisme yang berlebihan. Kekayaan, prestise, dan hal-hal material lainnya seringkali dijadikan barometer kesuksesan, dan pada akhirnya, menjadi tujuan hidup utama. Paradigma semacam ini, yang didorong oleh kapitalisme yang rakus, tidak jarang, berujung pada eksploitasi dan ketidakadilan. Bahkan ada yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)!

Kesederhanaan dan intelektualitas, dua nilai yang tampaknya sederhana, namun memiliki makna mendalam dalam konteks ini. Kesederhanaan bukan berarti hidup dalam kekurangan, tetapi lebih kepada pemahaman tentang apa yang benar-benar kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Dengan berorientasi pada kebutuhan, kita dapat menghindari pemborosan dan eksploitasi terhadap sumber daya yang ada. Sementara itu, intelektualitas bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang kebijaksanaan dalam menggunakan pengetahuan tersebut. Dengan intelektualitas, kita dapat memahami dampak dari tindakan kita, baik bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan sekitar, termasuk dalam hal pemanfaatan sumber daya.

Ulama cerdas dari Rembang yang hidup sederhana ini menjadi contoh nyata dari penerapan nilai-nilai ini. Beliau menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang pengetahuan dan kebijaksanaan. Beliau memilih untuk tidak terjebak dalam hiruk pikuk kapitalisme, tetapi tetap mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui ilmunya.

Namun, sayangnya, ada juga contoh yang berkebalikan. Ada orang-orang kaya yang intelektualitasnya rendah. Mereka kerap kali menunjukkan kemewahan, prestise, dan keangkuhan yang berlebihan. Mereka pamer dengan kekayaan materi mereka, tanpa mempedulikan dampak dari perilaku mereka terhadap lingkungan dan orang lain. Perilaku mereka menciptakan disparitas dan ketidakadilan sosial yang semakin parah.

Peran pendidik dan tokoh masyarakat seperti ulama intelek dari Rembang ini menjadi sangat penting dalam kondisi seperti ini. Mereka memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai positif, termasuk nilai kesederhanaan dan intelektualitas, kepada generasi muda. Mereka dapat menjadi panutan dan menginspirasi banyak orang untuk hidup dengan lebih sederhana dan berorientasi pada intelektualitas.

Oleh karena itu, promosi tokoh seperti ulama dari Rembang ini menjadi penting, untuk menyeimbangkan pandangan masyarakat tentang apa yang seharusnya menjadi tujuan hidup yang sejati. Bukan kemewahan, prestise, dan keangkuhan, tetapi kesederhanaan, intelektualitas, dan kebijaksanaan. Bukan materi, tapi kebermaknaan. Bukan ego, tapi kerendahan hati.

Lewat media sosial, pendidikan formal, maupun diskusi informal, kita perlu terus mempromosikan pentingnya hidup sederhana dan berorientasi pada intelektualitas. Kita perlu membantu orang-orang mengerti bahwa kesuksesan tidak hanya ditandai oleh berapa banyak harta yang dimiliki, tetapi juga oleh sejauh mana mereka dapat menggunakan pengetahuan dan kebijaksanaan mereka untuk memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar.

Adapun peran dari pemerintah juga sangat penting dalam hal ini. Pemerintah perlu memberikan kebijakan yang mendukung penerapan nilai-nilai ini dalam masyarakat. Misalnya, dengan memberikan insentif bagi mereka yang hidup hemat dan berkelanjutan, atau dengan mempromosikan pendidikan yang berfokus pada pengetahuan dan kebijaksanaan, bukan hanya pada keterampilan teknis.

Mari kita belajar dari ulama dari Rembang ini. Mari kita hidup sederhana dan berorientasi pada intelektualitas. Mari kita gunakan pengetahuan dan kebijaksanaan kita untuk kebaikan. Mari kita lupakan konsumtivisme berlebihan, dan mulai hidup dengan lebih bijaksana dan berkelanjutan.

Kita tidak perlu menjadi orang terkaya atau paling berpengaruh untuk bisa memberikan dampak positif bagi dunia. Kita hanya perlu menjadi diri kita sendiri, hidup sederhana, dan menggunakan pengetahuan kita dengan bijaksana. Dengan cara ini, kita bisa membantu menciptakan dunia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih berkelanjutan untuk generasi yang akan datang.