Menyemai makna dalam disertasi doktor

Dengan beban tanggung jawab yang terpatri di pundak, saya diberikan amanah untuk menilai sebuah disertasi dalam disiplin pendidikan kimia. Namun, dalam setiap halaman yang saya balik, terasa kehampaan yang mendalam, sebuah karya yang belum layak menyandang gelar keilmuan karena kualitasnya yang jauh tertinggal dari standar akademis yang diharapkan. Karya ini, sayangnya, hanya menyerupai bayang-bayang tipis dari kontribusi ilmiah yang sejati.

Pendidikan doktor, yang seharusnya menjadi samudra ilmu yang luas dan dalam, bertujuan untuk menghasilkan para pemikir ulung, ilmuwan yang beretika, dan inovator yang berbudaya. Mereka adalah para pencipta masa depan, pemimpin pemikiran yang mampu menemukan, mengembangkan, dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Namun, tanpa makna dan tujuan yang jelas, perjalanan akademis ini akan terasa seperti berlayar tanpa kompas, mengembara tanpa peta, mencari tanpa menemukan.

Kehidupan, dalam setiap hembusan nafasnya, mengajarkan kita bahwa tanpa makna, setiap langkah adalah hampa. Pendidikan, sebagai salah satu pilar penyangga masa depan, haruslah lebih dari sekedar ritual atau formalitas. Ia adalah perjalanan panjang yang melibatkan hati dan pikiran, sebuah perjalanan yang menghubungkan pengetahuan dengan kebijaksanaan, teori dengan praktik, dan individu dengan masyarakatnya.

Pendidikan yang hampa adalah seperti pohon tanpa akar, berdiri tanpa kehidupan. Ia mungkin tampak kokoh, namun sebenarnya rapuh dan kosong. Pendidikan harus menjadi sumber inspirasi, bukan sumber kejenuhan. Ia harus membangkitkan rasa ingin tahu, menyalakan api kreativitas, dan menumbuhkan kecintaan terhadap pengetahuan. Tanpa ini, ia hanya akan menciptakan generasi yang apatis, yang melihat pendidikan sebagai beban, bukan sebagai anugerah.

Oleh karena itu, marilah kita menyemai tujuan dan makna dalam setiap proses pendidikan. Biarlah pendidikan bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi tentang menikmati setiap langkah perjalanan. Biarlah ia menjadi perjalanan yang memperkaya jiwa, yang mengajarkan kita bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Dengan demikian, pendidikan akan menjadi sumber kebahagiaan dan kepuasan, bukan sumber kehampaan. Ini adalah cita-cita pendidikan yang sejati, sebuah perjalanan yang sarat dengan makna dan keindahan, layaknya puisi yang terukir dalam tinta emas peradaban.