Refleksi tahun 2024: Too good to be true

Banyak yang mengakali peraturan dan situasi sehingga menciptakan ilusi “Too good to be true” di tengah hiruk-pikuk pergolakan zaman. Di mana universitas dan dosen berlomba-lomba mengejar bayang-bayang keunggulan, terdapat sebuah cerita yang terentang luas dan mendalam. Bukan sekadar lomba, melainkan sebuah perjalanan pencarian makna yang tersembunyi di balik tirai prestasi.

Kita hidup di era di mana “too good to be true” menjadi sebuah panggung sandiwara yang megah, namun sering kali kosong. Di balik gemerlapnya, tersembunyi lapisan-lapisan ironi yang menuntut untuk diurai. Universitas-universitas beradu strategi, dosen-dosen berkompetisi dalam inovasi, semua demi satu kata: terbaik. Namun, apakah dalam kejaran itu, kita lupa akan esensi dari pendidikan itu sendiri?

Namun, realitas yang sering terabaikan adalah bahwa kemajuan universitas kita seringkali terhenti. Kita cenderung terjebak dalam rutinitas yang monoton, kehilangan momentum untuk inovasi atau terobosan yang berarti. Maka, biarlah kita merenung, bukan sekadar mengejar bayang-bayang keunggulan, melainkan membangun keaslian atau “pursuing genuine excellence”. Ini bukan sekadar permainan kata, melainkan sebuah panggilan untuk kembali kepada integritas, keautentikan, dan keberlanjutan. Di sini, keunggulan bukanlah puncak yang harus ditaklukkan dengan segala cara, melainkan sebuah perjalanan yang harus dijalani dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Dalam perjalanan pencarian ini, mari kita tidak terjebak dalam cerita yang sempit. Keunggulan yang sejati bukanlah tentang berapa banyak medali yang digantung di dinding, atau berapa tinggi peringkat yang diraih. Melainkan tentang bagaimana kita, sebagai komunitas akademik, dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi peradaban. Tentang bagaimana setiap pengetahuan yang dihasilkan, setiap pembelajaran yang dilakukan, membawa kita satu langkah lebih dekat kepada kemanusiaan yang lebih baik.

Di tengah kegaduhan ini, biarlah universitas menjadi lebih dari sekadar institusi; menjadi oasis pemikiran dan inovasi. Dan biarlah dosen-dosen menjadi lebih dari pengajar; menjadi pemandu dalam perjalanan kebijaksanaan. Bersama, kita menenun narasi baru, sebuah narasi yang tidak hanya “too good to be true” tetapi juga “pursuing genuine excellence”, sebuah narasi yang sarat dengan makna dan keberlanjutan, untuk kita, dan generasi yang akan datang.