Saya dosen kimia

Sebagai seorang dosen kimia dengan pengalaman mengajar selama bertahun-tahun, ingatan saya sering kali mengembalikan saya ke masa kuliah saya beberapa dekade yang lalu. Pada masa itu, saya terpukau oleh kecakapan para dosen dalam menyajikan materi dengan gaya yang hidup dan penuh semangat. Mereka bukan hanya pakar dalam bidangnya, tetapi juga mampu meraih dan mempertahankan perhatian mahasiswa. Refleksi dari pengalaman itu menginspirasi cerita berikut, di mana saya mencoba menggali esensi dari apa yang menjadikan seorang dosen begitu istimewa.

Mengajar kimia serupa dengan menyajikan hidangan gourmet. Bagi yang setiap harinya hanya makan nasi Padang seperti saya mungkin tidak tahu istilah “gourmet.” Gourmet adalah makan yang berkualitas tinggi, khususnya yang melibatkan makanan dan minuman yang lezat dan disiapkan dengan cara yang sangat terampil. Ini biasanya dikaitkan dengan cita rasa yang halus, presentasi yang menawan, dan kualitas bahan yang tinggi. Ini bisa dianalogikan sebagai “sintaksis” dimana penyajiannya mengikuti tata urutan yang tepat dalam menambahkan bahan, sementara “semantik” adalah pengertian mendalam tentang interaksi dan reaksi antarmolekul. Seorang dosen yang hebat adalah bagaikan koki piawai, dengan “bumbu” tambahan berupa gestur dan humor, mengubah pelajaran menjadi sesuatu yang menarik dan menyenangkan.

Ada sebuah cerita. Dr. Pidot, dosen kimia muda, selalu berusaha membuat kuliahnya lebih menarik. Dia memiliki pengetahuan yang mendalam, namun sering kali menemui kesulitan dalam menyampaikan materi dengan cara yang menyenangkan.

Suatu hari, ia berkenalan dengan Koki Pehul, koki yang tidak hanya dikenal karena masakannya, tetapi juga karena cara penyajiannya yang penuh gaya dan humor yang unik. Dr. Pidot pun terinspirasi.

Koki Pehul berujar, “Memasak bukan hanya tentang bahan dan teknik, melainkan juga tentang cara penyajian. Anda perlu menambahkan ‘bumbu’ dalam bentuk gestur, ekspresi, dan sedikit humor!”

Terinspirasi oleh Koki Pehul, Dr. Pidot mulai menyampaikan materi dengan lebih dinamis. Dia menggunakan gestur yang ekspresif, berkeliling kelas, dan menyelipkan lelucon yang relevan. Eksperimen di laboratorium menjadi lebih hidup dengan penuturan yang antusias dan demonstrasi yang mengundang tawa.

Misalnya, saat menjelaskan tentang ikatan kimia, dia berkata sambil berpura-pura menggandeng tangan dua mahasiswa, “Lihatlah mereka, mereka bagaikan ikatan kovalen. Saling berbagi, saling mengerti, tapi jangan terlalu lama ya, nanti malah jadi bahan gosip!”

Kuliah Dr. Pidot, yang sebelumnya dianggap monoton, berubah menjadi sesuatu yang dinantikan. Kimia kini menjadi subjek yang menarik, bukan lagi sesuatu yang menakutkan.

Dr. Pidot menyadari bahwa mengajar bukan hanya tentang pengetahuan dan konsep, melainkan juga tentang cara penyampaiannya. Dengan menambahkan “bumbu” gestur dan humor, ia berhasil mengubah pandangan mahasiswa tentang kimia, menjadikannya lebih menarik dan menyenangkan.

Cerita ini menunjukkan bahwa seorang dosen yang baik tidak hanya harus menguasai materi, tetapi juga mampu menyajikannya dengan cara yang menarik. Sama seperti koki yang menyajikan hidangan dengan gaya, seorang dosen dapat menghidupkan materi dengan gestur, antusiasme, dan sedikit humor, menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berkesan bagi para mahasiswa.

Mengajar bisa diibaratkan sebagai sistem termodinamika, di mana dosen adalah sistem terisolasi yang berusaha mencapai keseimbangan antara energi dan entropi. Energi adalah informasi yang disampaikan, sementara entropi adalah cara menyampaikan informasi tersebut agar tidak terlalu terstruktur atau kaku, menjaga agar pelajaran tetap menarik.

Proses mengajar mirip dengan reaksi kimia. Dosen adalah katalis yang memfasilitasi reaksi tanpa ikut bereaksi, sedangkan mahasiswa adalah reaktan yang mengalami perubahan. Interaksi antara dosen dan mahasiswa memungkinkan transformasi pengetahuan, sama seperti reaktan bertransformasi menjadi produk dalam reaksi kimia.

Mengajar mirip dengan proses melarutkan zat terlarut ke dalam pelarut. Materi kuliah adalah zat terlarut, dan cara penyampaian adalah pelarut. Zat terlarut yang baik akan larut dengan sempurna dalam pelarut yang tepat. Demikian pula, materi yang disampaikan dengan baik akan “larut” sempurna dalam pemahaman mahasiswa.

Hubungan antara dosen dan mahasiswa bisa diibaratkan sebagai ikatan kimia. Ada ikatan kovalen yang menunjukkan kerjasama erat dan pengertian mendalam, ikatan ionik yang lebih formal dan terstruktur, dan ikatan hidrogen yang lebih ringan dan fleksibel. Seorang dosen yang baik dapat mengadaptasi jenis “ikatan” ini sesuai dengan kebutuhan dan dinamika kelas.